Friday, December 9, 2011

RIM Tak Kooperatif, BRTI Ancam 'Pasung' BlackBerry

Jakarta - Meski Research In Motion (RIM) mengaku sudah berkomitmen terhadap janji-janjinya terhadap Indonesia, namun Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menolak mentah-mentah klaim sepihak produsen BlackBerry tersebut.

Terlebih soal pembangunan Network Aggregator yang nyatanya cuma dibangun router, itu pun ditempatkan di Singapura. BRTI menilai RIM tidak menghargai pemerintah dan regulator sama sekali.

Menurut anggota komite BRTI Heru Sutadi, pemerintah sejatinya sudah menyampaikan rasa kekecewaannya itu. "Kita sudah tahu lama mereka (mau) bangun (network aggregator) di Singapura, tapi saat ketemu September lalu, mereka masih muter-muter belum mau buka," tukasnya kepada detikINET, Jumat (9/12/2011).

Hingga kemudian, desakan pemerintah pun dilanjutkan agar RIM harus mengurus izin penyelenggara jasa internet. Sebab jika tidak, kata Heru, layanan internet BlackBerry dinilai ilegal, baik itu layanan BlackBerry Internet Services (BIS) maupun BlackBerry Messenger (BBM).

"Karena RIM tidak kooperatif, bukan tidak mungkin segera kita akan hentikan BIS dan BBM mereka, jadi BlackBerry akan sama dengan ponsel lain saja," tegas Heru.

Masyarakat pun diminta untuk berhati-hati jika menggunakan perangkat BlackBerry dengan kondisi seperti ini. Sebab data yang dipertukarkan tidak aman atau tidak dapat dijamin keamanannya.

"Ya datanya kan ke Kanada. Siapa jamin di sana tidak dibuka-buka seperti data Twitter, Facebook dan lainnya," Heru menandaskan.

Sebelumnya, RIM sudah menegaskan jika disebut cuma bisa berjualan di Indonesia. Namun fakta berbicara, RIM lebih memilih bangun pabrik BlackBerry di Malaysia, tempatkan router di Singapura, dan memasarkan produknya secara besar-besaran di Indonesia.

"Tidak benar jika kami hanya berjualan di Indonesia. Contohnya, kami sudah membuat program akademik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan penjualan produk," kilah Gregory Wade, RIM Regional Managing Director.( ash / ash )


detik

No comments:

Post a Comment