Tuesday, August 30, 2011

ARTI KURIKULUM Part 3; RASIONALISASI DALAM PERSUASI

Karangsambung, (Episode Prasejarah)

ARTI KURIKULUM
Part 3
RASIONALISASI DALAM PERSUASI

Oleh: Kiftirul ‘Aziz


“Soal tes kelas III ini kok terlalu sulit sekali yak????? kata salah seorang Kepala Sekolah dari negeri Atas Angin kepada dewan gurunya.
Dewan guru yang ditanya – kebetulan merasa bisa – langsung menjawab, “Nanti dulu, Pak. Dilihat dulu, kalau memang alasan dan dasarnya kuat, bisa kita bicarakan dengan pak pengawas, setahu saya, beliau sarjana. Kata beliau dulu, jika kita belum pernah mengajarkan, kita bisa merubah soal yang bersangkutan, itu diatur di undang-undang lho, Pak!”.
“Dilihat bagaimana? Wong dari baunya saja sudah kelihatan kalau ini bukan ukuran anak kelas III, ini ukuran anak kelas VI!!!” kepala sekolahnya ngotot.

Sekali lagi, perdebatan imajiner, kisah dari negeri Atas Angin, penuh polemik batin dan kontroversial.
Rasionalisasi merupakan suatu proses penggunaan akal untuk memberikan dasar pembenaran kepada sebuah persoalan, di mana dasar atau alasan tersebut bukanlah sebab langsung dari masalah itu (Keraf, 2007: 124-125).
Sejalan dengan Keraf, Depdiknas (2007: 933) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan sebuah proses untuk merasionalkan sesuatu yang semula tidak rasional. Hal ini menunjukkan bahwa rasionalisasi dapat dipergunakan untuk menipu diri sendiri maupun dapat pula digunakan untuk menipu orang lain bahwa yang diambil itu benar.
Pendapat lain dari Wikipedia (2011), dalam psikologi dan logika, rasionalisasi (atau alasan pembuatan) adalah mekanisme pertahanan yang dianggap sebagai perilaku yang kontroversial atau perasaan yang dijelaskan secara rasional atau logis untuk menghindari penjelasan yang benar, sering melibatkan hipotesa ad hoc. Sedangkan hipotesa ad hoc menurut Ridwan Fendy (2011) adalah hipotesis yang dilakukan ilmuan sekedar untuk mempertahankan teorinya dari sebuah falsifikasi (agar tidak disalahkan), akibat yang terjadi menyebabkan teori semakin lama semakin rumit dan semakin rumit.
Dapat digarisbawahi, rasionalisasi merupakan proses penggunaan akal untuk memberikan dasar pembenaran terhadap sesuatu yang tadinya tidak masuk akal dengan tujuan mempertahankan teorinya dari sebuah falsifikasi.
O’Keefe; Larson; Pfau&Parrot (dalam Yudi Perbawaningsih, 2003: 6) menyatakan bahwa persuasi merupakan komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau membentuk pendapat, sikap, dan perilaku yang dikehendaki oleh sumber (persuader).
Senada dengan Keraf (2007: 120) yang mengemukakan persuasi merupakan suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuaian kehendak pembicara dan yang diajak bicara; ini merupakan proses meyakinkan orang lain supaya orang lain menerima apa yang diinginkan pembicara tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa persuasi merupakan ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan (Depdiknas, 2007: 864).
Dapat disimpulkan bahwa persuasi merupakan keahlian untuk mencapai persetujuan kehendak pembicara agar orang lain menerima apa yang diinginkan pembicara dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan.
Rasionalisasi dalam persuasi merupakan proses pemberian dasar pembenaran terhadap sesuatu yang irasional dengan tujuan agar orang lain menerimanya sebagai sesuatu yang masuk akal.
Dalam konteks tulisan ini, sukar atau tidaknya suatu soal tidak bisa disimpulkan hanya dengan sekedar membaca soal, laporan dari orang lain yang belum tentu kebenarannya, atau karena peserta didiknya tidak bisa menjawab soal tersebut. Jika itu yang digunakan sebagai dasar, peserta didik yang belum rajin belajar pun bisa mengatakan bahwa soal yang diujikan itu sukar. Sulit dibayangkan apabila kita menyamakan pola pikir stakeholder yang notabenenya berpendidikan S1 dengan peserta didik usia sekolah dasar. Sungguh ironi dan memprihatinkan jika memang itu keadaan yang senyatanya.
Kelayakan suatu soal dapat ditinjau dari banyak hal, di antaranya validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran. Selain itu, langkah-langkah konstruksi tes juga harus ditempuh. Hal lain yang menyangkut proses pembuatan soal dapat kita bahasa di lain kesempatan.
Validitas menurut Djaali & Pudji Mulyono (2008: 49) yaitu ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya atau mengukur sesuatu yang seharusnya diukur.
Senada dengan Sumarna Surapranata (tanpa tahun: 50) yang menyatakan bahwa validitas merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas menurut Djemari Mardapi (2008: 16) adalah dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes.
Menurut Sumarna Surapranata (tanpa tahun: 51), validitas sendiri dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: (1) Content validity, (2) Construct validity, (3) Predictive validity, dan (4) Concurrent validity.
Djaali & Pudji Mulyono (2008: 50) menyatakan bahwa konsep validitas tes dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: (1) validitas isi (content validity), (2) validitas konstruk (construct validity), dan (3) validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas empiris sendiripun masih dibedakan lagi atas dua macam, yaitu validitas kongkuren dan validitas prediktif.
Cronbach (dalam Djemari Mardapi, 2008: 17) menyatakan bahwa proses validasi itu sendiri bukan bertujuan untuk melakukan validasi tes, akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh melalui prosedur tertentu. Bukti tersebut diperoleh dari akumulasi bukti yang mendukung penafsiran skor suatu tes. Bukti validitas itu sendiri dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) bukti berdasarkan isi tes, (2) bukti berdasarkan proses respon, (3) bukti berdasarkan struktur internal, dan (4) bukti berdasarkan hubungan dengan variabel lain.
Reliabilitas menurut Djaali & Pudji Mulyono (2008: 55) menyebutkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Dalam sumber yang sama, reliabilitas itu sendiri masih dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan dan reliabilitas konsistensi gabungan item.
Reliabilitas sendiri menurut Nunnaly; Allen & Yen; dan Anastasi (dalam Sumarna Surapranata, tanpa tahun: 89) adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda. Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari dua pengukuran terhadap hal yang sama.
Terdapat beberapa alasan untuk menyatakan tingkat kesukaran suatu instrumen soal. Dari sisi teoritis, tingkat kesukaran suatu soal dapat dilihat dari validitas konstruknya. Konstruk di sini bukan merupakan konstruksi bangunan atau susunan, melainkan rekaan psikologis yang berkaitan dengan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal kategori pemahaman tentu saja akan lebih sukar dibandingkan dengan soal-soal ingatan. Begitu juga sebaliknya, soal aplikasi akan lebih mudah dikerjakan dibandingkan dengan soal evaluasi.
Cara lain yang bisa digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal yaitu dengan proporsi jawaban benar (p), yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkn dengan jumlah peserta tes seluruhnya. Tingkat kesukaran (p) sebenarnya merupakan nilai rata-rata dari kelompok peserta tes. Croker & Algina (dalam Sumarna Surapranata, tanpa tahun: 19) menyatakan bahwa tingkat kesukaran sebenarnya adalah rata-rata dari suatu distribusi skor kelompok dari suatu soal. Proporsi jawaban benar (p) merupakan tinjauan empiris untuk menyatakan sukar tidaknya suatu soal.
Djaali & Pudji Mulyono (2008: 12) menyebutkan 11 langkah konstruksi tes, antara lain: (1) menetapkan tujuan tes, (2) analisis kurikulum, (3) analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lain, (4) membuat kisi-kisi, (5) penulisan tujuan instruksional yang dirumuskan secara operasional dan secara teknis menggunakan kata-kata operasional, (6) penulisan soal, (7) reproduksi tes terbatas dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba (peserta tes dalam suatu kegiatan uji coba), (8) uji coba tes, di mana sampel harus memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya, (9) analisis hasil uji coba, (10) revisi soal, dan terakhir (11) merakit soal menjadi instrumen tes. Setelah langkah-langkah itu dilaksanakan, barulah instrumen tes siap digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, tidaklah mudah membuat suatu instrumen tes yang baik apalagi mengacu pada validitas dan reliabilitas suatu instrumen tes, jauh lebih mudah berbicara bahwa soal ini tidak layak, soal ini terlalu sukar, soal ini lebih pantas untuk kelas VI, serta statement-statement lain yang terkesan mendiskriditkan si pembuat soal tanpa ada argumentasi yang logis.
Kelayakan suatu instrumen soal bukan dilihat dari siapa yang membuat, GTT atau PNS, S1 atau D2, Kepala Sekolah atau Pengawas, akan tetapi dari sisi obyektifitasnya. Marilah kita lebih bijak untuk menyikapi segala sesuatunya yang terlihat sensitif demi kemajuan dunia pendidikan.
Salam.

Sunday, August 28, 2011

Penyebab Mahalnya Biaya Sekolah di Indonesia

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSKmvF196U_dNtu002elzQEL0lbxmZZrPyqPEapEqaMGpZXPPYb
ilustrasi

Pendidikan mahal! Koreksi, yang betul adalah biaya sekolah mahal. Pendidikan tidak pernah mahal karena pendidikan berarti usaha penanaman nilai-nilai kehidupan. Ini adalah porsinya orang tua, bukan sekolah. Biaya sekolah mahal! Nah, ini baru pas. Sudah banyak yang menulis mengenai mahalnya biaya sekolah di Indonesia dan penyebabnya. Secara umum, pemerintah dipersalahkan karena kurang memberikan anggaran lebih banyak kepada Departemen DikNas. Tulisan ini mencoba menelaah besarnya biaya sekolah di Indonesia lewat komponen-komponen penyebab mahalnya biaya sekolah itu sendiri. Besarnya biaya belajar para siswa di Indonesia disebabkan oleh tiga hal.

Seragam sekolah adalah penyebab pertama mahalnya biaya bersekolah para siwa di Indonesia. Aneh, kok seragam sekolah? Tentu saja. Tidak ada anak Indonesia yang mau bersekolah jika mereka tidak memilik seragam. Bahkan mereka yang bisa bersekolah tanpa seragam pun justru merasa belum menjadi murid sungguhan karena belum punya seragam sekolah. Tanpa disadari, komponen kecil yang satu ini menjadi momok tersendiri bagi para orang tua murid dan murid sekolah di Indonesia. Tak perlu susah memikirkannya seperti apa. Saat anak masuk sekolah pertama kali, kelas satu SD, mereka sudah wajib memiliki seragam. Sekaya apapun anak tersebut, dia tidak boleh menjadi murid di suatu sekolah apabila ia belum memilik seragam. Kalau anak orang kaya saja tidak boleh bersekolah tanpa seragam apalagi orang miskin. Tidak sampai di situ saja, membeli seragam sekolah pun tidak bisa cuma sekali. Seiring dengan perkembangan fisik anak, orang tua setiap tahun harus memperbaharui baju sekolah anak mereka. Makin cepat perkembangan fisik seorang anak, makin sering pula orang tua harus membeli seragam baru bagi anaknya. Kalau anaknya cuma satu masih enak. Bagaimana yang anakya lebih dari satu? Punya dua pasang anak kembar? Belum sampai di situ, seragam siswa SD, SMP, dan SMA memiliki perbedaan. Baju seragam putih tapi celananya merah (SD), biru (SMP), dan abu-abu (SMA). Dan yang membuat lebih repot lagi adalah kecenderungan setiap sekolah untuk mengharuskan siswanya memakai seragam khusus, batik, pada hari tertentu. Seolah belum cukup membebani orang tua siswa dengan membeli seragam harian, misalnya putih abu-abu (SMA), orang tua harus mengeluarkan anggaran lagi untuk membeli seragam batik. Entah siapa pula yang mengeluarkan gagasan ini kepada sekolah-sekolah di negara ini. Padahal dulu, murid sekolah, SMP dan SMA, hanya memekai seragam harian saja tanpa ada keharusan memakai baju batik pada hari khusus. Dengan cara ini, pemerintah dan sekolah telah sukses melakukan konspirasi dalam membuat biaya bersekolah menjadi lebih mahal dibandingkan dua dekade yang lalu. Kalau argumentasi ini masih diragukan, bagi anda yang sudah memiliki anak, mulailah berhitung tentang uang yang sudah dihabiskan untuk biaya seragam anak anda sendiri mulai dari SD hingga SMA. Cari lagi bon-bon pembelian seragam sekolah itu dan jangan lupa untuk menyesuaikan uang yang telah dikeluarkan dulu dengan tingkat inflasi sekarang.

Beban biaya sekolah juga disebabkan oleh komponen buku pelajaran. Dari dulu sampai sekarang, orang tua murid harus menyediakan sendiri buku pelajaran sekolah bagi anak-anak mereka. Buku apa yang digunakan oleh murid sekolah tergantung dari persetujuan bisnis antara pihak sekolah dan penerbit buku. Seandainya orang tua murid harus membeli buku dari penerbit A dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, maka ini bukan perkara besar. Sayangnya, pengandaian itu selamanya terjadi dalam kenyataan. Tidak jarang harga buku yang dijual di sekolah lebih tinggi daripada harga pasar, harga toko buku. Ini bisa terjadi karena, satu, adanya oknum sekolah yang ingin meraup keuntungan sendiri dan karena penerbit buku harus membayar komisi besar kepada sekolah sehingga mereka membebankan biaya komisi itu pada orang tua murid. Dalam situasi ini, orang tua murid yang kritis bisa saja menolak membeli buku dari sekolah dan mencari sendiri di toko buku yang ada di sekitarnya, yang tentunya tidak bisa dilarang oleh pihak sekolah. Namun yang terjadi pada anak orang tua murid itu bisa ditebak. Anak itu akan disindir dan dicela oleh oleh pihak sekolah--guru, staf sekolah atau, bahkan, kepala sekolahnya sendiri. Yang dilakukan oleh pihak sekolah jelas salah sedangkan yang dilakukan oleh orang tua murid adalah benar. Dan yang menjadi korban adalah si murid itu sendiri. Dia menderita dan bisa mengalami depresi. Tidak membeli buku dari sekolah tiba-tiba menjadi sebuah dosa atau aib bagi diri murid itu. Pengadaan buku secara gratis dengan sistem online oleh DikNas, seperti yang dilakukan tahun lalu, ternyata belum bisa menyelesaikan persoalan mahalnya pengadaan buku. Belum tersediannya fasilitas internet yang menjangkau masyarakat di daerah pedesaan atau terpencil menjadi kendala bagi para murid dan orang tuanya. Pun, seandainya mereka memiliki akses ke internet, biaya pencetakan buku menjadi kendala lainnya. Untuk membuat masalah menjadi lebih rumit, DikNas memilik hobi untuk mengganti-ganti kurikulum nasional sesuka hatinya. Penggantian kurikulum jelas akan berimbas pada buku pelajaran para murid. Sewaktu bersekolah dulu, buku pelajaran saya masih bisa dipakai oleh adik saya, yang duduk dua kelas di bawah saya, karena kurikulum nasional tidak mengalami perubahan yang berarti, dari tahun 1984 loh.

Biaya-biaya tambahan saat bersekolah menjadi penyebab ketiga dari mahalnya bersekolah di Indonesia. Biasanya, pengeluaran rutin orang tua murid untuk biaya sekolah anaknya adalah:

1. Iuran sekolah (bulanan, puji syukur kalau tidak pernah naik)
2. Seragam (tahunan, syukur kalau badan anaknya tidak melebar ke samping)
3. Buku pelajaran (tahunan, Berat memang kalau anak terus naik kelas tapi siapa yang mau anaknya tidak pernah naik kelas)
4. Biaya Study Tour (biasanya cuma sekali, buat SMP dan SMA, dan ini juga tergantung tempat tujuan kunjungannya, makin jauh makin mahal)

Sayangnya, pengeluaran rutin ini menjadi tidak rutin apabila sekolah menambahkan biaya lain yang tidak jelas. Misalnya biaya acara pesta perpisahan untuk murid tingkat akhir. Biaya ini harusnya tidak dibebanka bagi murid kelas satu dan dua. Kalau murid kelas tiga ingin mengadakan pesta perpisahan sendiri, mereka harusnya mengumpulkan uang dari diri mereka sendiri. Contoh biaya tidak jelas lainnya adalah penggalangan dana untuk keperluan yang dibuat-dibuat, seperti, pelepasan pensiun pegawai sekolah, pembelian sarana sekolah, penggalangan dana untuk guru yang sedang berduka atau melahirkan, dan lainnya. Lah, itu anggaran sekolah dari pemerintah dikemanakan? Masak untuk acara seperti itu masih orang tua murid pula yang harus menanggungnya. Ada guru yang pensiun, orang tua murid pula yang menanggung pesangonnya. Situ enak, orang tua murid yang susah. Permasalahan ini menjadi berat kerena, terkadang, biaya sekolah yang tidak rutin ini sifatnya tidak boleh sukarela. Saya tidak keberatan dengan kegiatan penggalangan dana untuk kegiatan sosial seperti bantuan bagi korban bencana alam, teman sekolah yang berduka, pembelian kupon PMI atau acara sekolah (Pentas Seni). Kegiatan yang disebutkan tadi memang memiliki misi sosial dan tidak terkesan menguntungkan satu pihak tertentu.

Dari ketiga hal yang sudah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa menggratiskan biaya sekolah di Indonesia adalah hal yang hampir mustahil. Ini sangat diyakini karena pemerintah Indonesia tidak akan pernah punya uang untuk memberi seragam apalagi memperbaharui seragam sekolah setiap murid di Indonesia. Pemeritah juga tidak akan sanggup memberikan buku-buku gratis apabila kurikulum nasional terlalu sering berganti-ganti. Dan yang lebih mustahil adalah membuat anggaran untuk mendanai kegiatan-kegiatan sekolah yang di luar kurikulum dan di luar urusan mengajar belajar. Karena itu, setiap usaha untuk menggratiskan biaya bersekolah para murid di negara ini sebaiknya dialihkan pada pencarian cara untuk mengurangi biaya sekolah para murid-murid Indonesia. Sikap ini jauh lebih realistis dan layak untuk diperjuangkan oleh para anggota DPR, staf DikNas, dan seluruh rakyat Indonesia

Keunikan Yang Dimiliki Angka 6 Dan 9

http://www.houseoftomorrow.com/i/cdart/69ls_large.jpg

Disini kita akan membahas keunikan dari angka 6 dan angka 9 yang disarikan dari berbagai sumber:

Bilangan 666…666

keunikan-keunikan angka 6 :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21
1 + 2 + 3 + …….+ 66 = 2211
1 + 2 + 3 + …….+ 666 = 222111
1 + 2 + 3 + …….+ 6666 = 22221111
1 + 2 + 3 + …….+ 66666 = 2222211111
1 + 2 + 3 + …….+ 666666 = 222222111111

Sekarang coba ilustrasikan jawaban untuk soal berikut ini.

1 + 2 + 3 + …+ n = 222…222111…111 (banyak angka 2 dan 1 masing-masing 2009 digit)
Tentukan nilai n

Secara matematika, ada beberapa hal unik dari angka 666 :

* merupakan angka palindrom (simetris): 666
* Merupakan penjumlahan dari 62=36 angka pertama yakni 1+2+3+4..….+35+36 =666
* Total bilangan prima hingga 666 berjumlah 121 bilangan yang merupakan kuadrat dari 11.
* 6=(32) − (22) + 1
* 66=(34) − (24) + 1
* 666=(36) − (26) + 1
* Total dari jumlah 7 bilangan kuadrat prima pertama yakni : 22 + 32 + 52 + 72 + 112 + 132 + 172 = 666
* Dalam angka Romawi, 666 direpresentasikan sebagai DCLXVI (D = 500, C = 100, L = 50, X = 10, V = 5, I = 1). DIC LVX merupaan representasi dari dicit lux. Dicit lux kemudian dikenal sebagai suara cahaya yang diidentikan dengan angka setan.


Keunikan Angka 9:
Bagaimana dengan angka 9, ternyata rahasia angka sembilan begitu banyak, berikut jabarannya.

Cobalah cari hasil dari 63 x 99.

Bagaimanakah cara kita menyelesaikannya?

Salah satu cara untuk menghitung 63 x 99 adalah dengan perkalian bersusun. Tetapi, ada cara lain untuk menghitung hasil kali kedua bilangan tersebut, yaitu sebagai berikut :

Karena 99 = 100 – 1,

Maka 63 x 99 = 63 ( 100 – 1 )
= 63. 100 – 63. 1
= 6300 – 63
= 6237

Untuk mengalikan 999 x 27 dapat diselesaikan seperti berikut :

Karena 999 = 1000 – 1
Maka 999 x 27 = (1000 – 1) x 27
= 2700 – 27
= 26.973

Selanjutnya bagaimanakah dengan hasil dari misalnya 52 x 999 ? Cobalah kerjakan dengan teknik seperti tadi.
Apabila keterangan, contoh dan soal di atas telah dipahami, selanjutnya kita akan mengeksploitasi keunikan angka 9 lainnya.

Pada pembagian bilangan bulat oleh angka 9, ada hal-hal yang sangat unik. Mari kita perhatikan contohnya.

Contoh 1 :

Jika 12 dibagi oleh 9, maka hasilnya adalah 1 dan sisanya 3.

Jika angka-angka pada 12, yaitu 1 dan 2 dijumlahkan maka hasilnya 1 + 2 = 3 (sisa pembagian oleh 9).

Contoh 2 :

Jika 78 dibagi oleh 9, maka hasilnya adalah 8 dan sisanya adalah 6.

Jika angka-angka pada 78, yaitu 7 dan 8 dijumlahkan maka hasilnya 7 + 8 = 15. Selanjutnya jika angka-angka pada 15, yaitu 1 dan 5 dijumlahkan maka hasilnya 1 + 5 = 6 (sisa pembagian oleh 9).

Contoh 3 :

Jika 878 dibagi oleh 9, maka hasilnya adalah 97 dan sisanya adalah 5.

Jika angka-angka pada 878, yaitu 8, 7 dan 8 dijumlahkan maka hasilnya 8 + 7 + 8 = 23. Selanjutnya jika angka-angka pada 23, yaitu 2 dan 3 dijumlahkan maka hasilnya 2 + 3 = 5 (sisa pembagian oleh 9).

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan " Setiap bilangan bulat yang dibagi oleh 9, maka sisanya adalah jumlah berulang dari angka-angka yang terdapat pada bilangan yang dibagi itu sampai memperoleh sebuah bilangan 0 sampai 8 ".

Sifat lain yang mempesona dari angka 9 dapat dilihat dari hasil kali bilangan 12345679 dengan 9 buah bilangan asli kelipatan 9 yang pertama sebagai berikut :

12345679 x 9 = 111.111.111

12345679 x 18 = 222.222.222

12345679 x 27 = 333.333.333

12345679 x 36 = 444.444.444

12345679 x 45 = 555.555.555

12345679 x 54 = 666.666.666

12345679 x 63 = 777.777.777

12345679 x 72 = 888.888.888

12345679 x 81 = 999.999.999

Sekarang coba sendiri oleh anda, tentang keistimewaan lain dari angka 9, dengan membuat hasil kali bilangan 123456789 dengan sembilan buah bilangan asli kelipatan 9 yang pertama. Adakah hal yang menarik dari hasil kali tersebut ?

Daftar hasil kali bilangan 987654321 dengan sembilan bilangan asli kelipatan 9 yang pertama tampak seperti berikut :

987654321 x 9 = 8.888.888.889

987654321 x 18 = 17.777.777.778

987654321 x 27 = 26.666.666.667

987654321 x 36 = 35.555.555.556

987654321 x 45 = 44.444.444.445

987654321 x 54 = 53.333.333.334

987654321 x 63 = 62.222.222.223

987654321 x 72 = 71.111.111.112

987654321 x 81 = 80.000.000.001

Berikut hasil keunikan dari angka 9.

1 x 9 + 2 = 11

12 x 9 + 3 = 111

123 x 9 + 4 = 1111

1234 x 9 + 5 = 11111

12345 x 9 + 6 = 111111

123456 x 9 + 7 = 1111111

1234567 x 9 + 8 = 11111111

12345678 x 9 + 9 = 111111111

Ini juga :

9 x 9 + 7 = 88

98 x 9 + 6 = 888

987 x 9 + 5 = 8888

9876 x 9 + 4 = 88888

98765 x 9 + 3 = 888888

987654 x 9 + 2 = 8888888

9876543 x 9 + 1 = 88888888

98765432 x 9 + 0 = 888888888

Satu
0 x 9 + 0 = 0
1 x 9 + 1 = 10
12 x 9 + 2 = 110
123 x 9 + 3 = 1110
1234 x 9 + 4 = 11110
12345 x 9 + 5 = 111110
123456 x 9 + 6 = 1111110
1234567 x 9 + 7 = 11111110
12345678 x 9 + 8 = 111111110
123456789 x 9 + 9 = 1111111110

Dua
1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 12345678987654321

Tiga
1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321

Empat
1 x 18 + 1 = 19
12 x 18 + 2 = 218
123 x 18 + 3 = 2217
1234 x 18 + 4 = 22216
12345 x 18 + 5 = 222215
123456 x 18 + 6 = 2222214
1234567 x 18 + 7 = 22222213
12345678 x 18 + 8 = 222222212
123456789 x 18 + 9 = 2222222211

Lima
123456789 + 987654321 = 1111111110
1 x 142857 = 142857 (angka sama)
2 x 142857 = 285714 (angka sama beda urutan )
3 x 142857 = 428571 (angka sama beda urutan)
4 x 142857 = 571428 (angka sama beda urutan )
5 x 142857 = 714285 (angka sama beda urutan)
6 x 142857 = 857142 (angka sama beda urutan)
7 x 142857 = 999999 (hasil yang fantastis!)

Enam
Bilangan sembarang jika dikalikan 9, kemudian angka-angka hasilnya dijumlahkan, maka hasilnya = 9. Mari kita buktikan.
1 x 9 = 9
2 x 9 = 18, jumlah 1 + 8 = 9
3 x 9 = 27, jumlah 2 + 7 = 9
4 x 9 = 36, jumlah 3 + 6 = 9
5 x 9 = 45, jumlah 4 + 5 = 9
6 x 9 = 54, jumlah 5 + 4 = 9
7 x 9 = 63, jumlah 6 + 3 = 9
8 x 9 = 72, jumlah 7 + 2 = 9
9 x 9 = 81, jumlah 8 + 1 = 9
10 x 9 = 90, jumlah 9 + 0 = 9, dst., sampai tak terhingga.

Tujuh
22 x 9 = 198,
cara cepatnya 2 x 9 = 18, lalu selipkan angka 9 ditengah, jadi 198.
33 x 9 = 297
44 x 9 = 396
55 x 9 = 495
66 x 9 = 594
77 x 9 = 693
88 x 9 = 792
99 x 9 = 891

Jika angka kembar 3 digit, maka tinggal selipkan 99 ditengahnya. Kita buktikan ya!
222 x 9 = 1998, cara cepat 2 x 9 = 18, selipkan 99 ditengah
333 x 9 = 2997
444 x 9 = 3996
555 x 9 = 4995

Saturday, August 27, 2011

kkm (kriteria ketuntasan minimal) mata pelajaran penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

1. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas I

2. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas II

3. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas III

4. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas IV

5. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas V

6. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kelas VI

rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) mata pelajaran penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas I

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas II

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas III

4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas IV

5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas V

6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penjasorkes semester 1 & 2 kelas VI

promes (program semester) mata pelajaran penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, Promes (Program Semester).

prota (program tahunan) mata pelajaran penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, Prota (Program Tahunan).

1. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas I

2. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas II

3. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas III

4. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas IV

5. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas V

6. Prota (Program Tahunan) mata pelajaran Penjasorkes kelas VI

silabus mata pelajaran penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, Silabus.

1. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas I

2. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas II

3. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas III

4. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas IV

5. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas V

6. Silabus mata pelajaran Penjasorkes kelas VI

pemetaan SK (standar kompetensi) & KD (kompetensi dasar) Penjasorkes

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes SD Negeri Seling, pemetaan Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi Dasar (KD).
1. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas I

2. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas II

3. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas III

4. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas IV

5. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas V

6. Pemetaan SK dan KD Penjasorkes kelas VI

Media Garis Bilangan, Pemahaman, dan Prestasi Belajar Matematika

PEMANFAATAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SELING KECAMATAN KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN





Oleh: Nazil Ghofur





Abstrak:



Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Seling Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan media garis bilangan, diskusi, tanya jawab, dan tugas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas V SD Negeri Seling yang berjumlah 20 siswa.

Data tentang ketuntasan siswa dalam penguasaan konsep pembelajaran dapat diterangkan bahwa nilai rata-rata kelas pada studi awal 51,5 dengan ketuntasan belajar 33%, nilai rata-rata setelah tindakan I adalah 76,0 dengan ketuntasan 76%, nilai rata-rata setelah tindakan II adalah 87,0 dengan ketuntasan belajar 96%. Sedangkan data tentang respon keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: jumlah keaktifan siswa pada studi awal adalah 6 siswa dengan prosentase 30%, keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan I adalah 13 siswa dengan prosentase keaktifan 65%, dan keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan II adalah 19 siswa dengan prosentase 95%.

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media garis bilangan dapat meningkatkan motivasi, pemahaman, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika spesifikasi materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.



Kata kunci: Media garis bilangan, pemahaman, prestasi belajar matematika



Pendahuluan



Matematika adalah raja dari segala ilmu, artinya banyak disiplin ilmu yang dalam kajiannya membutuhkan matematika. Ilmu ini memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorama, dalil, ketetapan, maupun konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, dan penaksiran. Peradaban manusia berubah dengan pesat karena ditunjang oleh adanya peran serta matematika yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. Pengetahuan dan keterampilan matematika merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal agar mampu berpikir, bersikap, dan berbuat demi mencapai keberhasilan hidup sehari-hari di masyarakat.

Kendati demikian, pelajaran ini masih menjadi momok bagi sebagian besar siswa. Hal ini menuntut adanya tekad guru memperbaiki hasil belajar siswa dengan berbagai cara antara lain melalui peningkatan kualitas pembelajarannya. Konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai anak sejak dini, sehingga anak terampil dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran, misalnya ketika guru mengadakan evaluasi di akhir pelajaran matematika diperoleh hasil atau nilai siswa yang kurang memuaskan. Siswa juga jarang bertanya ketika guru sedang menerangkan pelajaran tersebut. Di samping itu, banyak guru yang mengeluh bahwa pada umumnya hasil evaluasi mata pelajaran matematika selalu jauh dari harapan. Bila ada yang memperoleh nilai cukup baik atau relatif tinggi, maka nilai tersebut hanya diperoleh sebagian kecil siswa saja.

Dari hasil evaluasi tentang operasi bilangan bulat secara umum banyak peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari KKM yang ditentukan oleh SD Negeri Seling yaitu 61. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan klasikal dengan rentang nilai antara 60 sampai 100 hanya dicapai oleh 7 siswa dan nilai rata-rata kelas adalah 53.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan mendasar tentang rendahnya prestasi belajar matematika pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas V semester I SD Negeri Seling Kecamatan Karangsambung Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut: (1) Adanya rasa takut/khawatir tidak bisa mengerjakan bia anak berjumpa dengan pelajaran matematika sehingga anak kurang ada perhatian dengan pelajaran tersebut, (2) Anak merasa kurang berminat terhadap pelajaran Matematika terlihat dalam alasan mau mengerjakan pekerjaan yang lain jika saat pelajaran matematika tiba, (3) Sebagian besar siswa belum memahami konsep pembelajaran tentang pengertian penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat positif dan negatif, (4) Anak enggan bertanya ketika guru sedang menerangkan pelajaran Matematika tentang Penjumlahan dan Pengurangan pada Bilangan Bulat.

Penelitian kali ini mengambil perumusan masalah: (1) Apakah pemanfaatan media garis bilangan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Matematika pada konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?, (2) Apakah pemanfaatan media garis bilangan lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran Matematika pada konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?, (3) Apakah pemanfaatan media garis bilangan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?

Bilangan bulat merupakan penggabungan dari bilangan-bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3, .... dan seterusnya dengan bilangan-bilangan asli yang negatif yaitu -1, -2, -3, .... dan seterusnya. Jadi bilangan-bilangan bulat yaitu -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, .... dan bilangan nol ( 0 ) yaitu bilangan yang tidak positif dan tidak pula negatif (netral) (Karso, 2004: 64).

Glover (dalam Gofur, 1996: 28) menyatakan bahwa matematika berasal dari kata mathematics yang berarti suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Bloom (dalam Suwarni, 1991: 3) menyatakan bahwa belajar adalah proses aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Padmono (1999: 40) menyatakan bahwa peningkatan pemahaman merupakan kemampuan menterjemahkan menuntut individu untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam mengubah informasi yang diterima, kemampuan menafsirkan menuntut individu untuk mengorganisir, atau memadukan pengetahuan, sedangkan kemampuan ekstrapolasi menuntut individu untuk bisa memprediksi berdasar data atau fakta yang telah dikumpulkan.

Menurut Encyclopedia Webster Dictionary (1960) menyatakan bahwa media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengamat.

Mochtar Hadi (1991: 9) menyatakan bahwa pemanfaatan manipulatif mengandung arti suatu proses menggunakan atau memfungsikan sesuatu dengan berbagai kegiatan memanipulasi misal melalui memotong/mengiris, memegang, menggaris, mewarnai, dan lain-lain agar berguna atau bermakna.



Metode



Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kegiatan penelitian yang menggunakan kelas sebagai setting. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Seling UPTD Dikpora Kecamatan Karangsambung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2009. Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection).

Data penelitian berasal dari siswa dan guru selama proses belajar mengajar. Data terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh berdasarkan respon siswa terhadap tindakan yang dilaksanakan. Metode pengambilan data dengan tes dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif.



Hasil Penelitian dan Pembahasan



Pada siklus I, siswa yang mengalami ketuntasan belajar meningkat, dari 6 siswa (30%) menjadi 15 siswa (15%) dan siswa yang aktif dari 7 siswa(35%) menjadi 15 siswa (75%). Jadi pada siklus 1 masih terdapat siswa yang belum tuntas 5 siswa (25%) dan belum aktif 5 siswa (25%). Kemunculan aktifitas guru dari 20 aspek telah muncul 16 aspek (80%) dan yang belum muncul 4 aspek (20%) sedangkan respon kesenangan siswa terhadap pembelajaran operasi perkalian juga mengalami peningkatan dari studi awal siswa yang senang 5 siswa (25%), pada siklus 1 yaitu 18 siswa (90%)

Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Siklus 19 siswa tuntas belajar (90%) dan keaktifan meningkat menjadi 20 siswa (100%). Aktifitas guru telah muncul 100% dan respon kesenangan siswa terhadap pembelajaran operasi bilangan bulat mengalami peningkatan menjadi 18 siswa (90%)



Simpulan dan Saran



Berdasarkan temuan dan hasil dari data studi awal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan pelaksanaan perbaikan siklus II dapat diambil kesimpulan bahwa pemanfaatan media garis bilangan terbukti dapat meningkatkan pemahaman, motivasi, efektivitas, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk menerapkan pemanfaatan garis bilangan serupa untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa.



Daftar Pustaka



Bambang Soehendro. 2006. Rangkuman Penyusunan KTSP. Jakarta: BNSP

David Glover. 2008. Apa dan Bagaimana Matematika. Bandung: Grafindo.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, dan SLB.

Ghofur. 1996. Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Pustekom Dikbud.

Gatot Muhseto. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

I. G. A. K. Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Moechtar Hadi. 1991. Media Pembelajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Padmono. 1999. Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Suwarni. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wahyudi. 1998. Pendidikan Matematika I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

_______ . 1991. Pendidikan Matematika III. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.



Metode Bermain Peran, Keaktifan, dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI SELING





Oleh: Chodiroh





Abstrak:



Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri Seling Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan metode bermain peran, diskusi, tanya jawab, dan tugas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas II SD Negeri Seling yang berjumlah 18 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pengamatan dan wawancara digunakan sebagai pengukur pemahaman, keefektifan, motivasi dan minat siswa. Sedangkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan, setiap akhir siklus diberikan tes hasil belajar. Hal yang diperolah dari data ternyata ada peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dari studi awal hingga pelaksanaan tindakan 3. Data mengenai ketuntasan siswa dalam penguasaan konsep pembelajaran dapat diterangkan bahwa nilai rata-rata setelah studi awal 54,72 dengan ketuntasan 16,67%, nilai rata-rata setelah tindakan I adalah 60,56 dengan ketuntasan 38,89%, nilai rata-rata setelah tindakan II adalah 65,83 dengan ketuntasan 55,56% dan nilai rata-rata setelah tindakan III adalah74,78 dengan ketuntasan 100%. Sedangkan data tentang respon keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) jumlah keaktifan siswa selama studi awal adalah 5 siswa dengan prosentase 27,78%, 2) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan I adalah 8 siswa dengan prosentase 44,44%, 3) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan II adalah 14 siswa dengan prosentase 77,78%, dan 4) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan III adalah 18 siswa dengan prosentase 100%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa mengenai kemampuan berbicara dalam pelajaran Bahasa Indonesia.



Kata kunci: Metode Bermain Peran, Keaktifan, Prestasi Belajar Bahasa Indonesia



Pendahuluan



Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Sekolah dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan sikap dan keamanan serta pengetahuan dan keterampilan dasar.

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan terdiri dari berbagai komponen yang saling berpengaruh dan berkaitan. Dari komponen tersebut, komponen guru mempunyai peranan paling penting dan merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk kemampuan profesional guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai upaya.

Kemampuan dan kecakapan guru dalam mendidik dan mengajar tidak akan berkembang pesat bila hanya mengandalkan pengalaman saja. Pengalaman kadang bersifat rutin dan monoton bahkan kurang memupuk potensi kreatifitas yang ada. Potensi yang ada harus tetap dipupuk dan dirangsang, didorong serta dilengkapi dengan pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesional yang makin matang, sikap ingin mencoba, ingin belajar dan ingin maju terus serta ingin selalu mengadakan inovasi dan mencoba berkreasi. Para guru tentu senantiasa ingin meningkatkan diri dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, sehingga materi yang disampaikan kepada siswa mudah dipahami.

Kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting bagi kehidupan seseorang. Siswa SD dituntut untuk memenuhi berbagai kemampuan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia sebagaian besar siswa kelas II SD Negeri Seling sangat rendah. Hal ini tercermin dari nilai pelajaran Bahasa Indonesia pada ulangan akhir semester I tahun pelajaran 2009/2010. Dari 18 siswa masih ada 6 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 67.

Berdasarkan studi pendahuluan, diketahui bahwa rendahnya kemampuan tersebut disebabkan oleh terbatasnya metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran. Guru hanya menyampaikan informasi (ceramah) dengan sedikit tanya jawab. Dibutuhkan suatu metode agar anak dapat aktif menyelesaikan tugas serta saling tukar informasi dan pendapat dengan teman. Mencari solusi dan bersaing positif dalam dan antar kelompok akan membuat materi yang dipelajari membekas lebih lama. Anak tidak hanya mendengar, akan tetapi berusaha memgang lebih jauh materi yang dipelajari.

Garis besar pengajaran bahasa terdiri atas: (1) kebahasan, (2) kemampuan kebahasaan, dan (3) kesastraan. Kompetensi kebahasaan terdiri atas dua aspek, yaitu: (1) struktur kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, kewacanaan; dan (2) kosakata. Kemampuan kebahasaan terdiri atas empat aspek, yaitu: (1) kemampuan mendengarkan/menyimak, (2) kemampuan berbicara, (3) kemampuan membaca, dan (4) kemampuan menulis. Dalam kenyataan, keempat kemampuan tidak berdiri sendiri, melainkan perpaduan antar satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran bahasa dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu pembelajaran bahasa dengan fokus keterampilan berbahasa dan pembelajaran dengan fokus sastra. Pembelajaran bahasa dengan fokus keterampilan berbahasa merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan salah satu kompetensi dasar dari keempat kompetensi yang ada

Fokus pembelajaran dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan untuk melakukan upaya perbaikan. Perbaikan tersebut berhubungan dengan minat dan kemampuan siswa untuk belajar bahasa.

Belajar aktif menurut Hellen (2003: 12-24) adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh pengajar.

Dalam Depdiknas (2003: 5-6) tercantum bahwa pembelajaran efektif secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.

Metode sosiodrama maupun bermain peran merupakan dua metode yang dapat dilakukan secara bersama dalam satu kegiatan. Sosiodrama berarti mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peran menekankan pada kenyataan di mana siswa diturutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah dalam hubungan sosial. Tujuan dari sosiodrama dan bermain peran antara lain: (1) mengerti perasaan orang lain, (2) membagi pertanggungjawaban dan memikulnya, (3) menghargai pendapat orang lain, (4) mengambil keputusan dalam kelompok.



Metode



Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kegiatan penelitian yang menggunakan kelas sebagai setting. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Seling UPTD Dikpora Kecamatan Karangsambung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2010. Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection).

Data penelitian berasal dari siswa dan guru selama proses belajar mengajar. Data terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh berdasarkan respon siswa terhadap tindakan yang dilaksanakan. Metode pengambilan data dengan tes dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif.



Hasil Penelitian dan Pembahasan



Pada siklus I, siswa dikenai tindakan berupa model pembelajaran dengan bermain peran yang berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 22,22%, kenaikan rata-rata kelas sebesar 5,84% dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 16,66%. Pada siklus II, kelas dikondisikan dengan pengaturan tempat duduk berbentuk tapal kuda. Perubahan tersebut berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar 22,22%, kenaikan nilai rata-rata kelas sebesar 6,87%, serta kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 33,34%. Siklus III dilaksanakan dengan memperkecil jumlah anggota masing-masing kelompok. Dibentuk kelompok-kelompok baru yang anggotanya diambilkan dari kelompok-kelompok yang sudah terbentuk. Hasilnya, ketuntasan belajar tetap 44,44%, kenaikan keaktifan belajar sebesar 22,22%, dan kenaikan nilai rata-rata sebesar 8,95%.

Faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan hasil adalah alokasi waktu tes yang cukup banyak; dengan disediakannya lembar soal dan lembar jawab, siswa fokus pada jawaban dan siswa tidak banyak membuang waktu dengan mencatat soal di papan tulis.



Simpulan dan Saran



Berdasarkan temuan dan hasil dari data studi awal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, pelaksanaan perbaikan siklus II, serta pelaksanaan perbaikan siklus III dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) penggunaan metode bermain peran terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) penggunaan metode bermain peran terbukti dapat meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, (3) penggunaan metode bermain peran terbukti dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran, (4) penggunaan metode bermain peran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (5) penggunaan metode bermain peran terbukti dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa melalui pengamatan langsung dan melakukan sendiri.

Dalam penerapan metode bermain peran, akan muncul komponen yang tidak terkontrol dan mungkin akan berpengaruh terhadap validitas hasil. Beberapa komponen yang mungkin berpengaruh antara lain: (1) keberhasilan yang diperoleh bukan hanya diperoleh dari metode bermain peran, akan tetapi mungkin karena adanya proses pembelajaran yang berulang-ulang dari siklus ke siklus, (2) dalam menilai siswa dari segi tertentu dilakukan hanya berdasarkan sampel, (3) instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan instrumen yang tingkat validitasnya rendah atau belum memuaskan, dapat ditindaklanjuti dengan penelitian berikutnya yang lebih standar, (4) penggunaan media pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penerapan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan keadaan dan kondisi yang sama, maka beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain: (1) pendidik disarankan untuk mencoba menerapkan cara belajar yang serupa untuk meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran, (2) penerapan pembelajaran penggunaan metode bermain peran disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, maka media seperti ini dapat diterapkan pada mata pelajaran dan pada kompetensi yang lain, (3) kondisi pembelajaran dengan cara belajar siswa aktif dan menyenangkan akan dapat meningkatkan kesungguhan belajar yang tinggi, maka seyogyanya menggunakan metode yang tepat.



Daftar Pustaka



Arikunto; Sukardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Charin, Arthur. 1993. Theaching Science Through Discovery. New York: Mcmilan Publishing Company.

Dahar. 1996. Konstruktivisme dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Makalah dalam forum komunikasi integrasi vertikal pendidikan sains di cisarua bogor.

Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.

Oemar Hamalik. 2004. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.

Helen. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Hernawan. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Geelong: Deaken University Press.

Mc Niff. 1991. Action Research: Principle an Practice. London: Macmilan.

Mikarsa. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwadarminta. 2000. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Ristasa. 2009. Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia. Hand Out Pembimbingan TAP di UPBJJ Purwokerto.

______. 2010. Pedoman Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ UT

Sumantri Sayodih. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: UT

Trihartanto. 2007. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah dalam Work Shop Pengembangan Model Pembelajaran Mapel Bahasa Indonesia di LPMP Semarang.

Wardhani; Wihardit. 2006. PTK. Jakarta: UT.

Winataputra. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT.

Diskusi Kelompok dan Hasil Belajar Matematika

PEMANFAATAN DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SELING KECAMATAN KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2010





Oleh: Nazil Ghofur





Abstrak:



Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Seling Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2009/2010. Pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan media kartu dengan metode diskusi, tanya jawab, dan tugas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas V SD Negeri Seling yang berjumlah 20 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai meteri yang telah diberikan setiap akhir siklus diadakan evaluasi. Data yang diperoleh menunjukkan peningkatan antara studi awal sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Nilai rata-rata kelas pada studi awal 54,0 dengan ketuntasan belajar 35%, nilai rata-rata setelah tindakan I adalah 63,0 dengan ketuntasan 56%, nilai rata-rata setelah tindakan II adalah 79,0 dengan ketuntasan belajar 95%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dengan media kartu kalimat dalam pembelajaran IPS Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.



Kata kunci: diskusi kelompok dan hasil belajar matematika



Pendahuluan



Mata pelajaran IPS berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional dalam menanggapi permasalahan sosial serta perkembangan masyarakat dunia pada masa lampau, kini, dan masa yang akan datang.

Di Sekolah Dasar, IPS diajarkan atas dasar dua kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dna sejarah. Bahan kajian pokok pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Sedangkan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat sejak masa lampau hingga masa kini.

Kenyataan yang terjadi, hasil evaluasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri Seling masih di bawah standar. Evaluasi materi peninggalan sejarah hindu budha hanya 6 anak yang mencapai ketuntasan belajar dari 20 siswa keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kreativitas guru dalam mendesain kegiatan pembelajaran secara maksimal.

Perumusan masalah yang diambil yaitu: (1) Apakah metode diskusi kelompok dengan media kartu kalimat dapat meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran IPS tentang peninggalan kerajaan, hindu, budha, dan islam di Indonesia? (2) Apakah metode diskusi kelompok dengan media kartu kalimat dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPS tentang peninggalan kerajaan, hindu, budha, dan islam di Indonesia? (3) Apakah metode diskusi kelompok dengan media kartu kalimat dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dalam pembelajaran IPS tentang peninggalan kerajaan, hindu, budha, dan islam di Indonesia? (4) Apakah metode diskusi kelompok dengan media kartu kalimat dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang peninggalan kerajaan, hindu, budha, dan islam di Indonesia?

Sejarah merupakan bagian dari bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Pada aspek sejarah, memiliki cakupan materi dasar waktu serta peristiwa. Pada pembelajaran di SD, penjelasan sejarah disampaikan dengan cara pendekatan keluarga, yaitu dari nama anggota keluarga, hari lahir, dan lain-lain. Dengan cara ini, anak akan belajar mengenai konsep waktu, baik masa lampau maupun masa yang akan datang. (Ishak, 2004: 2.14).

Gagne (dalam Soewarni, 1991: 15) menggolongkan kemampuan manusia sebagai hasil belajar sebagai berikut: (1) keterampilan intelektual yang meliputi kemampuan membaca, menulis, dan menghitung, (2) strategi kognitif yang mencakup kemampuan mengatur cara belajar, berpikir, dan memecahkan masalah, (3) informasi verbal, yaitu kemampuan pengetahuan, (4) keterampilan motorik, yaitu keterampilan menggunakan sesuatu, (5) sikap dan nilai, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan intensitas emosional dan tingkah laku seseorang.

Briggs (dalam Mochtar Hadi, 1991: 7) menyatakan bahwa media merupakan alat fisik untuk membawakan atau menyampaikan isi pengajaran.



Metode



Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kegiatan penelitian yang menggunakan kelas sebagai setting. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Seling UPTD Dikpora Kecamatan Karangsambung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2009. Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection).

Data penelitian berasal dari siswa dan guru selama proses belajar mengajar. Data terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh berdasarkan respon siswa terhadap tindakan yang dilaksanakan. Metode pengambilan data dengan tes dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif.



Hasil Penelitian dan Pembahasan



Pada siklus I, siswa yang mengalami ketuntasan belajar meningkat, dari 4 siswa menjadi 10 siswa dan siswa yang aktif dari 8 siswa menjadi 12 siswa. Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Siklus II 15 siswa tuntas belajar dan keaktifan meningkat menjadi 20 siswa.



Simpulan dan Saran



Berdasarkan temuan dan hasil dari data studi awal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan pelaksanaan perbaikan siklus II dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode diskusi dengan media kartu kalimat terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang peninggalan kerajaan, hindu, budha, dan islam di Indonesia?.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk menerapkan pemanfaatan metode serupa untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa.



Daftar Pustaka



Daliman. 1991. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Denny Setiawan. 2008. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

I. G. A. K. Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Moechtar Hadi. 1991. Media Pembelajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Suwarni. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Yani Sulaiman. 2002. Modul Metodologi Pembelajaran. Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama.

kelas IV; kkm (kriteria ketuntasan minimal) 4

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

1. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) IV Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) IV Tahun pelajaran 2012 / 2013

Friday, August 26, 2011

kelas IV; rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) 4

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembalajaran).

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IV semester 1 TP 2011 /2012

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IV semester 2 TP 2011 /2012

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IV semester 1 TP 2012 /2013

4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IV semester 2 TP 2012 /2013

kelas IV; promes (program semester) 4

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, Promes (Program Semester).

1. Promes (Program Semester) IV semester 1 & 2 Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Promes (Program Semester) IV semester 1 & 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas IV; prota (program tahunan) 4

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, Prota (Program Tahunan).

1. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas IV; silabus 4

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, Silabus.

1. Silabus kelas IV Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Silabus kelas IV Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas IV; pemetaan sk (standar kompetensi) dan kd (kompetensi dasar)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Seling, Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar).

1. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas IV TP 2011 / 2012

2. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas IV TP 2012 / 2013

kelas III; kkm (kriteria ketuntasan minimal) 3

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

1. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) III Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) III Tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas III; rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) 3

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembalajaran).

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik III semester 1 TP 2011 /2012

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik III semester 2 TP 2011 /2012

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik III semester 1 TP 2012 /2013

4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik III semester 2 TP 2012 /2013

kelas III; promes (program semester) 3

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, Promes (Program Semester).

1. Promes (Program Semester) III semester 1 Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Promes (Program Semester) III semester 2 Tahun Pelajaran 2011 / 2012

3. Promes (Program Semester) III semester 1 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

4. Promes (Program Semester) III semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas III; prota (program tahunan) 3

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, Prota (Program Tahunan).

1. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas III; silabus 3

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, Silabus.

1. Silabus kelas III Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Silabus kelas III Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas III; jaringan tematik 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, Jaringan Tematik.

1. Jaringan Tematik kelas III Tahun pelajaran 2011 / 2012

2. Jaringan Tematik kelas III Tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas III; pemetaan sk (standar kompetensi) dan kd (kompetensi dasar)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas III SD Negeri Seling, Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar).

1. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas III TP 2011 / 2012

2. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas III TP 2012 / 2013

e-learning bagi pendidik (luar negeri)

"....

Semua ilmu ada di buku,

rajin selalu membaca buku ...."

Kutipan lagu yang sering didendangkan oleh ibu Dwi Budiyati, A.Ma.Pd., untuk memotivasi peserta didiknya merupakan rentetan kata yang mengandung makna bahwa membaca buku akan menambah perbendaharaan pengetahuan kita. Semakin banyak membaca buku semakin banyak pula pengetahuan yang kita peroleh.

Thursday, August 25, 2011

e-learning bagi pendidik

"....

Semua ilmu ada di buku,

rajin selalu membaca buku ...."

Kutipan lagu yang sering didendangkan oleh ibu Dwi Budiyati, A.Ma.Pd., untuk memotivasi peserta didiknya merupakan rentetan kata yang mengandung makna bahwa membaca buku akan menambah perbendaharaan pengetahuan kita. Semakin banyak membaca buku semakin banyak pula pengetahuan yang kita peroleh.

Beberapa buku yang dapat didownload di bawah ini diharapkan dapat menambah wawasan para pendidik dan calon pendidik.

1. Belajar Sambil Mengajar

2. Pembelajaran Berbicara

3. Kebahasaan

4. Kesastraan

5. Media

6. Pembelajaran Membaca

7. Pembelajaran Mendengarkan

8. Pembelajaran Menulis

9. Metodologi Pembelajaran

10. Penilaian

11. Tematik

12. Benda, Sifat, dan Kegunaannya

13. Keterampilan dan Teknik Berpikir Sederhana untuk Pembelajaran IPA di SD

14. Bumi dan Alam Semesta

15. Energi dan Perubahannya

16. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA

17. Panca Indera, Fungsi, dan Pemeliharannya

18. Penilaian Hasil Belajar

19. Struktur dan Fungsi Tumbuhan

20. Pembelajaran Soal Cerita di SD

21. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di SD

22. Geometri Datar dan Ruang di SD

23. Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

24. Pembelajaran Pengukuran Luas Bangun Datar dan Volum Bangun Ruang di SD

25. Pengembangan Silabus dan RPP Matematika SD

26. Pembelajaran Tematik di SD

27. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Pecahan di SD

28. Pemanfaatan Alat Peraga MatematikaDalam Pembelajaran di SD

media pembelajaran IPA

Dalam proses belajar mengajar, para pendidik SD Negeri Seling menekankan penggunaan media pembelajaran sebagai sarana penunjangnya. Beberapa media pembelajaran IPA dengan program power point yang dipergunakan dapat diunduh pada link di bawah ini.

1. Batuan dan Tanah

2. Bunyi

3. Cahaya

4. Listrik

5. Mekanika

6. Panas

7. Pengukuran suhu

8. Tata Surya

9. Zat dan materi

media pembelajaran matematika

Dalam proses belajar mengajar, para pendidik SD Negeri Seling menekankan penggunaan media pembelajaran sebagai sarana penunjangnya. Beberapa media pembelajaran matematika dengan program power point yang dipergunakan dapat diunduh pada link di bawah ini.

1. Operasi bilangan bulat dengan manik-manik

2. Operasi bilangan bulat dengan garis bilangan

3. Keliling persegi, persegi panjang, dan segitiga

4. Luas bangun datar

5. Pembagian dengan garis bilangan

6. Perkalian dan pembagian pecahan

7. Akar pangkat 3

8. Jaring-jaring kubus

9. Volume bangun ruang

10. Pengukuran sudut pada jarum jam

11. Pendekatan nilai phi

12. Bilangan romawi

13. Aljabar

14. Bilangan

15. Peluang

16. Geometri

17. Jam dan menit

18. Pengukuran

19. Pytagoras

20. Simetri putar

21. Simetri

Wednesday, August 24, 2011

kelas II; kkm (kriteria ketuntasan minimal) 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

1. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) II Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) II Tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas II; rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran) 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembalajaran).

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik II semester 1 TP 2011 /2012

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik II semester 2 TP 2011 /2012

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik II semester 1 TP 2012 /2013

4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik II semester 2 TP 2012 /2013

kelas II; promes (program semester) 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, Promes (Program Semester).

1. Promes (Program Semester) II semester 1 Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Promes (Program Semester) II semester 2 Tahun Pelajaran 2011 / 2012

3. Promes (Program Semester) II semester 1 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

4. Promes (Program Semester) II semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas II; prota (program tahunan) 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, Prota (Program Tahunan).

1. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Prota (Program Tahunan) Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas II; silabus 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, Silabus.

1. Silabus kelas II Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Silabus kelas II Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas II; jaringan tematik 2

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, Jaringan Tematik.

1. Jaringan Tematik kelas II Tahun pelajaran 2011 / 2012

2. Jaringan Tematik kelas II Tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas II; pemetaan sk (standar kompetensi) dan kd (kompetensi dasar)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas II SD Negeri Seling, Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar).

1. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas II TP 2011 / 2012

2. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) kelas II TP 2012 / 2013

kelas I; kkm (kriteria ketuntasan minimal)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran kelas I SD Negeri Seling, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1 tahun pelajaran 2011 / 2012

2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1 tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas I; rpp (rencana pelaksanaan pembelajaran)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran kelas I SD Negeri Seling, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik I semester 1 tahun pelajaran 2011 /2012

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Tematik I semester 2 tahun pelajaran 2011 /2012

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) I semester I tahun pelajaran 2012 /2013

kelas I; promes (program semester)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran kelas I SD Negeri Seling, Promes (Program Semester).

1. Program Semester (Promes) I semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012

2. Program Semester (Promes) I semester 2 tahun pelajaran 2011 / 2012

3. Program Semester (Promes) I tahun pelajaran 2012 / 2013

kelas I; prota (program tahunan)

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran kelas I SD Negeri Seling, Prota (Program Tahunan).

1. Prota (Program Tahunan) I Tahun Pelajaran 2011 / 2o12

2. Prota (Program Tahunan) I Tahun Pelajaran 2012 / 2o13

kelas I; silabus

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas I SD Negeri Seling, Silabus.

1. Silabus Tematik kelas I Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Silabus Tematik kelas I Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas I; jaringan tematik

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas I SD Negeri Seling, Jaringan Tematik.

1. Jaringan Tematik kelas I Tahun Pelajaran 2011 / 2012

2. Jaringan Tematik kelas I Tahun Pelajaran 2012 / 2013

kelas I; pemetaan sk & kd

Berikut ini merupakan Perangkat Pembelajaran Kelas I SD Negeri Seling, Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar).

1. Pemetaan SK (Standar Kompetensi) & KD (Kompetensi Dasar) I Tahun Pelajaran 2011/2012

Wednesday, August 17, 2011

Download PESANGGRAHAN SAKRAL

Logo

| Gothic Black Metal/Tyrant Gothic Metal | Indonesia, (East Java, Tulungagung) | Sound Quality : 128 kbps | File Size : 14 mb |


3 Track bootleg :

DOWNLOAD

Download JEHOVAH ( Demo 2010)

Artist : Jehovah 
Genre : Extreme Black Metal 
Location : Lumajang, East Java, Indonesia

Track List : 

01 Satanic War (Live)
02 Keturunan Kera Dan Babi
03 War Killer Israhell

DOWNLOAD

Download Cradle Of Filth



Cradle Of Filth - Darkly, Darkly Venus Aversa (2010)

CD 1:
  1. the cult of venus aversa-amrc.mp3

  2. one foul step from the abyss-amrc.mp3

  3. the nun with the astral habit-amrc.mp3

  4. retreat of the sacred heart-amrc.mp3

  5. the persecution song-amrc.mp3

  6. deceiving eyes-amrc.mp3

  7. lilith immaculate-amrc.mp3

  8. the spawn of love and war-amrc.mp3

CD2:
  1. harlot on a pedestal-amrc

  2. forgive me father_(i_have_sinned)-amrc

  3. beyond eleventh hour-amrc

  4. beast of extermination-amrc

  5. truth and agony-amrc

  6. mistress from the sucking pit-amrc

  7. behind the jagged mountains-amrc

Download BLEEDING CORPSE



BLEEDING CORPSE - Utah Getih
BLEEDING CORPSE -Kitab Tak Bertuhan
BLEEDING CORPSE - Eksekusi Mati
BLEEDING CORPSE - Simpuh Tubuh Terbunuh
BLEEDING CORPSE - Resurection Of Murder
BLEEDING CORPSE - Nista Maja Utama
BLEEDING CORPSE - Bangkai Para Pendosa
BLEEDING CORPSE - Inhuman treathment
Download Mp3