Monday, January 9, 2012

zulfa

saya tidak pernah membayangkan --di usia sekarang-- akan ada kabar meninggalnya salah satu sahabat saya :(

namanya zulfa. saya mengenal dia sejak kelas satu di stematel. keterlibatan saya dan dia di salah satu organisasi sekolah membuat kami saling kenal. waktu itu hanya sekedar kenal dan tahu. tidak dekat. berbincang pun seperlunya.

di kelas dua hubungan kami semakin dekat. walaupun belum bisa dikatakan sangat dekat, tapi intensitas ngobrol bersama semakin meningkat. hingga akhirnya Allah menjodohkan kami berada dalam satu atap, satu kos, di kelas tiga. di rumah yang terkenal angker, kami berlima; saya, fista, dia, nunik; ika emil menghabiskan sisa hari setelah berjibaku di sekolah bersama. ngaji, sholat, makan, sampai rebutan kamar mandi, menjadi rutinitas kami bersama. dia lah satu-satunya yang mempunyai seperangkat pc di kos. alhasil saya selalu nebeng dari mengerjakan tugas sampai nge-game di komputer miliknya :)

setelah lulus, saya hanya sesekali berkontak dengannya. namun saat saya menikah, dia datang dan menginap. paginya, dia lah yang mendampingi saya, duduk persis di sebelah saya, ketika prosesi akad nikah. dia lah yang menyeka air mata haru saya (dan dia sendiri), memberikan saya tissue. sebelumnya, dia memaksa saya menorehkan sedikit lipstik di bibir saya, "biar ngga pucet", begitu katanya. dan (dengan sangat terpaksa) saya luluh juga. walaupun dia gagal memaksa saya memakai celak mata :D. dia yang menata jilbab dan memadukannya dengan ronce melati yang sudah hampir layu. dia lah penata rias saya :)

dan pagi itu, ketika sebuah sms masuk ke ponsel saya, betapa tercengangnya saya mendapatkan kabar bahwa usianya dicukupkan oleh Allah. setengah tidak percaya, saya men-dial nama zulfa di ponsel saya, harapan saya, saya akan mendengar suaranya, dan kabar itu tidak benar. setengah bergetar saya menjawab salam dari suara seorang pria ketika telepon dari saya diangkat. sedikit terbata saya bertanya, "benarkah berita yang saya dapat pagi ini?" (tanpa menyebutkan soal meninggalnya dia); saat itu saya masih saja berharap jawabannya adalah tidak; "ya, betul mba, meninggal semalam dan akan dimakamkan jam tujuh pagi"; saya menangis, tiba-tiba semua blank. saya yang sudah berpakaian rapi hendak berangkat kerja. duduk diam. Allah, benarkah zulfa meninggal? jadi saya tidak akan bertemu dengannya lagi? padahal kado untuk putri kecilnya baru saja saya bungkus. saya hanya berkesempatan mendengar suaranya beberapa hari setelah dia melahirkan.... zulfa, tiba-tiba sosoknya terus ada di kepala dan terlihat di mata saya. saya sangat kehilangan dia :'(

dan ahad kemarin, saya dan beberapa sahabat berkesempatan silaturahmi di rumah (orang tua) nya.saya bertemu dan menggendong putri kecilnya, zizi, yang baru berusia dua bulan. sepanjang hari saya menahan tangis, takut akan melukai keluarganya. hingga akhirnya ketika saya sholat dzuhur di kamar zulfa, saya tidak bisa menahan air mata saya. saya menangis tergugu. bahu saya terguncang. saya merasa kehilangan luar biasa dan     menyesal. bayangan saya, (suatu hari) saat saya datang ke rumahnya saya duduk di kasur itu, berbincang tentang semua hal; tentang prosesi melahirkan, tentang anak, atau tentang kabar sahabat-sahabat kami. dan ini lah saya yang menyia-nyiakan waktu untuk bersilaturahmi dengan zulfa, pertama kalinya saya bersilaturahmi yang saya temui adalah makamnya :'(

saya hanya berharap (dan berdoa), semoga Allah mengijinkan kami bertemu kembali kelak di surga-Nya, kembali menjadi sahabat, menjadi saudara. aamiin ya Allah

siapa pun anda yang membaca tulisan ini, baik kenal atau pun tidak dengan zulfa, tolong doakan seorang anak perempuan bernama zizi, agar dia menjadi anak yang sholehah, anak yang akan mendoakan dan mengalirkan amal jariyah untuk zulfa. al-fatihah

No comments:

Post a Comment