Siang tadi, selesai sholat Dzuhur berjamaah di masjid sekolah, tiba-tiba Bapak Husain menghampiri kemudian menawarkan sesuatu yang menggiurkan: televisi 14' gratis!
Tawaran yang tentu saja menggiurkan untuk saya yg belum bertelevisi di rumah. Tapi,mengingat satu dan banyak alasan, tanpa berpikir lama langsung saya tepis tawaran yang menggiurkan tersebut. Bukannya sombong, tapi televisi adalah benda yang paling berusaha saya hindari hadir di rumah kami.
Pertama, saya takut dengan diri saya sendiri. Sejujurnya jika ada televisi di rumah,pasti saya akan menjadikan televisi sebagai pilihan pertama ketika memiliki waktu longgar. Akibatnya? Aya juga pasti akan terbawa. Padahal televisi sekarang tidak lebih dari sekedar parade sampah. Bahkan, acara yang paling saya sukai (news) semakin lama semakin lebay. Terlalu didramatisasi, apalagi sudah terlalu ban,yak campur tangan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan. Sudah tidak menarik.
Kedua, saya dan suami sudah berkomitmen untuk menjadikan televisi list terakhir benda elektronik di rumah kami. Melihat betapa cepatnya Aya merekam semua kejadian yang dilihatnya, televisi menjadi benda yang berbahaya untuk putri kami. Sekarang saja dia sudah bisa dengan cepat mengingat apa yang dilihatnya ditelevisi ketika sekali-sekali berkunjung ke rumah Eyangnya di Tinggarjaya atau Mbah-nya di Grendeng. Apalagi nek setiap hari!
Walaupun baru dua alasan yang saya sebutkan, itu sudah sangat cukup untuk menolak tawaran pak Husain (dengan tidak mengurangi rasa hormat). Terima kasih untuk pak Husain yang mengingat bahwa saya tidak punya televisi. Itu sudah menunjukkan bahwa bapak care dengan bawahan bapak.
No comments:
Post a Comment