Pemimpin dalam shalat. Imâm adalah “orang yang diikuti”. Ketika hati sudah tersucikan melalui upaya spiritual dan cinta kepada Allah, maka dia pantas menjadi tempat Allah. Hati ini adalah imâm hakiki, pemimpin sesungguhnya, yang harus diikuti dalam shalat. Hati yang suci (qalb) menjadi sarana untuk membimbing dan memimpin akal (al‘aql) menuju Pengetahuan tentang Allah. Al-Khidhr a.s. diumpamakan sebagai hati dan Nabi Musa a.s. diibaratkan sebagai akal. Al-Khidhr berkata, “Engkau tidak akan sanggup bersabar bersama ku. Bagaimana mungkin engkau akan bersabar atas hal-hal yang tidak engkau mengerti ?“ (QS Al-Kahf [181]:67-68). Ketika hati sudah membimbing akal, meski hanya sesaat, maka Pengetahuan hakiki tentang Allah turun ke dalam hati. |
|
Imam 'Ali a.s. pernah ditanya tentang firman Allah Ta'ala: Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (QS 16:97), Imam `Ali a.s. menjawab, “la adalah qana`ah (kepuasan).”
- Buah (hasil) dari qana'ah adalah kenyamanan.
- (Qana'ah adalah) menjaga apa yang ada di tanganmu lebih engkau cintai daripada meminta apa yang ada di tangan orang lain.
- Orang merdeka adalah budak selama dia tamak, sedangkan budak adalah orang yang merdeka selama dia qana'ah.
- Janganlah engkau malu memberi (bersedekah) walaupun itu sedikit, karena tidak memberi itu lebih sedikit.
- Kefakiran dan kekayaan keluar berkeliling, lalu keduanya bertemu dengan qana'ah, maka keduanya menetap (bersama).
- Jika kekayaan bertambah, maka berkuranglah selera.
- Tidak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada qana'ah
- Kekayaan yang paling besar adalah meninggalkan banyak keinginan.
No comments:
Post a Comment