Wednesday, November 10, 2010

moral pemuda semakin merosot

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan yang tepat dan berkualitas apalagi negeri kita belum beranjak dari krisis. Kualitas SDM merupakan faktor utama penopang pembangunan di negeri kita. Namun, sepertinya kita tidak dapat terlalu berharap dengan kualitas SDM Indonesia saat ini. Di satu sisi masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas sampai ke jenjang perguruan tinggi, di sisi lain para remaja yang menjadi generasi penerus semakin jatuh pada kerusakan moral.

Baru-baru ini Dinas Kesehatan Sukabumi mempublikasikan hasil penelitiannya tentang perilaku seks bebas sepanjang tahun 2007. Sebagaimana yang dilaporkan situs berita okezone.com (20/1/2008), hasil penelitian tersebut sangat mencengangkan mengingat 30% pelajar melakukan seks bebas. Yang lebih menyedihkan lagi para pelajar tersebut menganggap perilaku seks bebas sebagai gaya hidup atau bagian dari pergaulan. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) dr Rita Fitrianingsih: perilaku seks bebas ini telah melibatkan pelajar yang bukan hanya berasal dari tingkat SMU saja tapi juga kalangan pelajar SMP.

Perilaku amoral yang diimpor dari Barat ini diduga menjadi pendorong utama penyebaran HIV Aids di Kota Sukabumi selama tujuh tahun terakhir yang mencapai 206 kasus. “Temuan baru kasus HIV Aids pada tahun 2007 sebanyak 44 kasus dengan kasus kematian sebanyak 24 kasus. Angka temuan kasus baru itu lebih rendah ketimbang temuan kasus pada tahun 2006. yang mencapai 94 kasus. Secara akumulasi jumlah penderita HIV Aids selama tahun 2000-2007 mencapai 206 kasus” kata dr. Rita.

Sementara itu di Kalimantan Selatan, dalam dua tahun penyakit kelamin (spilis) meningkat 300%. Menurut data yang dipublikasikan Banjarmasin Post (21/8/2007) jumlah penderita penyakit kelamin meningkat dari 35 orang penderita pada tahun 2005 menjadi 104 orang pada 2006.

Adapun sebaran kasus penyakit ini pada tahun 2006 terbanyak di Kota Banjarmasin mencapai 40 kasus, Kabupaten Banjar 25 kasus, dan Tanah Bumbu 14 kasus. Kasus lainnya berasal dari wanita pekerja sosial (WPS) tidak langsung seperti pekerja salon yang memberikan layanan plus, 3 kasus, WPS langsung 23 kasus, napi 78 kasus, dan sisanya tersebar hampir di seluruh kabupaten dan kota lainnya.

Pengelola Program HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kalsel Mursalin menyimpulkan, tingginya kasus penderita spilis tersebut sebagai salah satu indikator semakin maraknya perilaku seks bebas di Kalsel.

Di tingkat nasional, Dr Boy Abidin SpOG mengungkapkan seks bebas mencapai 22,6 % di kalangan remaja kita (Detik.com dipublikasikan ulang di http://www.duniasex.com/forum/showthread.php?t=68636). Seks bebas selain berdampak pada peningkatan penderita penyakit kelamin juga menjadi faktor pendorong tingginya angka aborsi di Indonesia. Setiap tahun di Indonesia diperkirakan terjadi 2,5 juta kasus aborasi. Di tingkat Asia kasus aborsi berdasarkan data tahun 1997 mencapai 27 juta kasus.

No comments:

Post a Comment