Angka empat memang belum termasuk banyak. Jika dihitung dengan jari, cukup menggunakan salah satu tangan saja. Jika dibandingkan dengan usia, umur empat tahun masih termasuk balita. Masih kecil, ingusan, dan perlu banyak bimbingan.
Empat tahun yang lalu, pukul enam pagi saya masih sibuk mengurusi berbagai macam keperluan rumah. Merapikan meja kursi dan hidangan untuk para tamu. Hingga akhirnnya orang-orang mulai ribut, meributkan saya yang belum mandi! :D
Empat tahun yang lalu, saya menangis, saya begitu malu dengan Alloh. Malu atas keterbatasan saya dalam mencintai-Nya. Malu atas ibadah saya yang morat marit. Malu karena Dia begitu baik, memudahkan semua proses hidup saya. Saya malu, teramat malu dengan-Nya.
Empat tahun yang lalu, tiba-tiba Zulfa, Ruli, Vidha, Pur, dan Nunik mengerumuni saya. Sibuk memaksa saya untuk memakai bedak, membujuk saya memakai sedikit lipstik (bagian ini membutuhkan waktu yang lama dan perdebatan yang panjang), sibuk mengatur baju, jilbab, hingga ronce melati yang sudah mulai layu. Ya, mereka tiba-tiba berubah menjadi tukang rias dadakan :)
Empat tahun yang lalu, segerombolan anak kecil usia 4-10 tahun menyeruduk rumah saya. Malu-malu mereka datang membata kotak kecil berbungkus kertas kado. Saling melirik dan lempar senyum, mereka menyalami saya. Ya, mereka adalah adik-adik di TPA masjid Nurul Iman dekat rumah orang tua saya.
Empat tahun yang lalu, laki-laki i-tu menjabat erat tangan Bapak. Mengulang hingga dua kali untuk kemudian orang-orang berkata; sah!
Empat tahun yang lalu, pertama kalinya dia menjadi imam sholat saya. Pertama kalinya saya menyalami dan mencium tangannya. Pertama kalinya dia mengusap kepala saya sembari menggumamkan doa. Pertama kalinya dia mencium kening saya. Dan saya, jatuh cinta!
No comments:
Post a Comment