Sore itu, ummi tengah kalut hatinya. Dia sedang menunggu suaminya pulang untuk kemudian menjemput seorang bocah istimewa dari tempat penitipan. Kekesalan ummi tersebut dikarenakan sang suami yang tidak kunjung kembali, padahal hari semakin senja, dan mendung mulai menguasai langit.
“Bagaimana ini? Sudah sore dan sepertinya mau hujan,” gumam ummi merasa khawatir sekaligus rindu.
Tiba-tiba bunyi sepeda motor yang sudah sangat dihafal ummi terdengar; sepeda motor milik suaminya. Disertai celoteh riang dari seorang bocah. Ternyata sang suami sudah menjemput bocah istimewa tersebut, tanpa mengajak ummi. Sontak, demi mendengar suara yang sangat dirindukannya terdengar, ummi berlari sambil memanggil si bocah, “Sini sayang, anak sholehah.”
“Kok baru pulang sayang? Ummi kangen sangat, anak solehah.”
Kemudian ummi memeluk dan menggendong si bocah.
“Ummi sendirian ya?” tanya si bocah.
“Iya sayang. Ummi nunggu dari tadi.”
Si bocah menatap wajah ummi lekat-lekat dan berkata, “Maaf ya, mi?”
Subhanalloh, hati ummi berpelangi. Indah. Kata maaf keluar dari mulut seorang bocah berumur 2,8 tahun hanya karena ummi-nya sendirian. Terulang sampai dua kali.
“Iya sayang, ga apa-apa. Ummi kangen sangat.”
“Ummi sayang Aya,” Kalimat ini bukan terlontar dari mulut ummi, tapi mulut si bocah. Ah, bertambah warna pada pelangi di hati ummi.
“Iya, ummi sayang Aya.”
Terima kasih ya sayang, anak sholehah, selalu ada pelangi indah yang kau buat di hati ummi.
No comments:
Post a Comment