Siang (menjelang sore) ini tidak ada hati yang tidak merasa kehilangan. Banyak mata memerah, banyak hati yang gundah kehilangan. Belum pernah saya menemukan acara lepas sambut kepala sekolah se-mengharukan sore ini. Ya, sore ini secara resmi smanra melepas kepala sekolah yg lama dan menyambut kepala sekolah yang baru.
*****
Saya memang tidak terlalu dekat dengan beliau. Apalagi secara pribadi. Namun, kepindahan beliau mau tidak mau menjadi membawa kesenduan untuk saya (dan saya yakin, untuk semua warga smanra)Mohammad Husain nama beliau. Badannya tegap, dan nampak selalu segar. Lebih sering pujian mengalir dari mulut beliau. Bahkan saya belum pernah mendengar beliau mengejek, atau menjelek-jelekan orang lain. Senyum selalu menghiasi wajah beliau. Kata-kata yang terucap selalu baik dan tertata.
Belum pernah saya mendengan beliau berbicara dengan intonasi tinggi apalagi nada marah.Siapapun yang berada dekat dengan beliau, akan merasakan aura religius. Aura yang tidak semua orang memiliki. Aura yang bisa didapat oleh orang yang benar-benar memiliki mental yang kuat dan terpondasi dengan ketaatan kepada Allah. Setiap kali beliau berbicara, seperti ada magnet yang menarik siapapun untuk mendengarkan. Ilmu beliau begitu luas, baik ilmu pengetahuan apalagi ilmu agama.
Bagi saya, beliau adalah guru dan (salah satu) sumber inspirasi. Semua kata dan perbuatan baik beliau saya lihat dg mata saya sendiri; saya dengar dengan telinga saya sendiri; dan saya merasakan dg hati saya sendiri. Bukan dari cerita orang, bukan tuku ndean, kulak jere. Favorit saya adalah ketika saya berkesempatan berbincang dg beliau, selalu saja ada oleh-oleh yg saya dapat : ilmu dan hikmah. Tentang berbakti, tentang keikhlasan, tentang sederhana, tentang memberi, tentang bermanfaat, tentang kanan, tentang mengabdi, tentang Allah...
*****
Kamis, penghujung bulan JuniSiapa yang tidak menangis jika kehilangan pemimpin yang luar biasa.
yang bersedia menemani para bawahannya lembur sampai tengah malam, bahkan mengantarkan pulang;
yang tidak sungkan-sungkan berkunjung ke rumah bawahannya walaupun tidak ada kejadian apa-apa (murni silaturahmi);
yang selalu menanyakan kabar dan memberi perhatian lebih atas masing-masing bawahnnya;
yang tidak pernah gila hormat;
yang selalu memberi teladan tidak dengan ucapan dan perintah-perintah, tapi langsung dengan contoh teladan;
maka sore ini, hampir semua mata memerah, pun dengan yang lelaki. Sepertinya semua orang "berhutang" dengan beliau.
"Seumur saya bekerja disini, hanya beliau lah yang mengerti semua permasalahan saya." bu Septi dg mata memerah.
"Siapa coba yg nggak nangis, semua orang pasti kehilangan beliau." mba Widi.
"Fi,...... (sambil memegang tangan saya dan kemudian menangis)....."bu Asri.
"Bahkan pak Husain berpesan kepada Pak Tugiyono untuk terus memperjuangkan saya dan teman-teman. Bapak selalu memikirkan kita." pak Edi (yg masih PTT)
"Merasa nggak sih kalo ada yg hilang?" bu Luthfi.
Pak Agus yang selalu tertawa -- sepertinya hidup ini hanya ada bahagia -- sore itu terduduk di depan perpus. Diam. Saat saya berjalan terlihatlah matanya yg memerah. "Nggak jadi pinjem ding bu, pak Husain ga mau dibayar." beberapa bulan lalu saat pak agus diberi ban mobil jenis sedan milik pak Husain.
"Allah begitu baik memberikan pak Husain untuk smanra dan saya. Pemimpin yang dekat dan bekerja untuk Allah, apa lagi yg kurang? Beliau selalu medengar dan memberi. Bukan materi yang membuat siapapun dekat dg beliau, tapi hati yg tulus ikhlas. Saya........ sangat berat menerima kepindahan bapak. Semoga ditempat yg baru dapat menambah keberkahan dan kebaikan untuk bapak dan keluarga. amin ya Allah" afi, yg membutuhkan waktu 1 minggu untuk ikhlas.
Sore ini, semua hati merasa haru. semua mata memerah. Selamat jalan bapak, terima kasih atas semua hikmah, ilmu, dan nasihat, itu lebih bernilai dari apapun.
Jadilah orang yg menjadi contoh. Sudah banyak orang yg memberi contoh, tapi amat sedikit yang menjadi contoh (m.husain)
*menulis ini pun rasanya seperti sedang mengiris bawang :(
No comments:
Post a Comment