Tuesday, October 25, 2011

Pestisida Bikin Pria Kurang Jantan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pestisida jenis organophospat masih dipergunakan pada sayur dan buah meski terdapat kandungan pencemar organik yang persisten (persistent organic pollutant). Zat kimia ini bisa mempengaruhi kejantanan dan mengganggu perkembangan organ seksual.

Peneliti ekologi manusia dari Institut Pertanian Bogor Ahmad Sulaeman mengatakan, penelitian di banyak negara menunjukkan paparan pestisida jenis organophosphat pada tubuh tikus menyebabkan terjadinya penurunan fungsi seksual. Hal ini ditunjukkan kehilangan hasrat seksual pada lawan jenis dan perubahan orientasi kepada sesama jenis.

"Terjadi demaskulinisasi akibat pestisida," ujar Sulaeman kepada wartawan di Gedung Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2011.

Efek ini terlihat jelas saat ini. Ia menyebut semakin banyaknya kasus kelamin ganda di Indonesia salah satunya berasal dari kontaminasi pencemar di tubuh manusia.

Namun, menjadi catatan bahwa tak semua kasus kelamin ganda disebabkan oleh pestisida. Faktor genetik dan lingkungan juga bisa menyebabkan kelainan pada fungsi organ seksual manusia.

Jika ditelisik sejarahnya, pemakaian pestisida pada masyarakat Indonesia bermula pada tahun awal tahun 1970-an. Ketika itu pemerintah menyarankan penggunaan pestisida secara luas untuk membasmi hama. Meski produktivitas pertanian berkembang pesat, pencemar ikut masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi di lingkungan. Keberadaan zat kimia berbahaya dari pestisida inilah yang kemudian menyebabkan gangguan pada pertumbuhan manusia.

Pada kasus lain, konsumsi pestisida bersifat organophosphat juga menggangu perkembangan organ kelamin. Pada laki-laki, kata dia, terjadi penurunan ukuran penis dalam kurun waktu beberapa puluh tahun.

Di Indonesia, pestisida jenis organophosphat sudah dilarang. Namun, ia masih melihat pestisida jenis ini dijual dan dipakai oleh petani. Selain itu, pestisida organophosphat yang pernah dipakai sebelumnya juga masih tersimpan di lahan pertanian dan bisa diserap tanaman.
(ANTON WILLIAM)


TEMPOInteraktif

No comments:

Post a Comment