Wednesday, April 21, 2010

Antusias Belajar Fisika dengan TGT

Oleh: Ida Mintarina Nulfita
Guru SMAN 1 Padangan, Bojonegoro

Anggapan bahwa fisika merupakan pelajaran teoretik yang menjemukan, menakutkan, dan njelimet sukar dihapus dari benak siswa. Adalah tantangan bagi guru untuk membawa siswa mempelajari fisika dengan menyenangkan dan mendekatkannya pada kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kooperatif team games tournament (TGT) tampaknya dapat menjadi salah satu alternatif untuk memudahkan siswa memahami konsep-konsep fisika.

Secara umum, pengajaran pengetahuan alam biasa disampaikan dengan model pembelajaran berikut.

Model Pengajaran Langsung (Direct Instructional/DI). Model ini dirancang untuk membantu mengembangkan siswa tentang pengetahuan prosedural (bagaimana melakukan sesuatu dan melakukan suatu eksperimen). Juga, memahami pengetahuan deklaratif (sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata).

Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction/PBI). Ini model pengajaran yang menyajikan kepada siswa suatu masalah yang otentik (misalnya dari TV, majalah, atau koran), yang memudahkan siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning/CL). Siswa belajar dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan berbeda. Tiap anggota kelompok bekerja sama mengerjakan tugas. Belajar belum selesai jika masih ada anggota kelompok yang belum menguasai bahan pembelajaran.

Selain mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga mengembangkan keterampilan sosial siswa. Model ini diyakini mampu mengubah hasil belajar, norma, dan budaya individual pada siswa. Tutor sebaya dari kelompok atas kepada kelompok bawah memungkinkan siswa kelompok bawah mengangkat kemampuan dan kelompok atas meningkatkan kemampuan.

Ada beberapa variasi dalam pembelajaran kooperatif. Pertama, tim siswa kelompok prestasi (student teams-achievement division/STAD). Kedua, pertandingan-permainan tim (team-games-tournament/TGT). Ketiga, jigsaw berpikir- berpasangan-berbagi (think-pair-share/TPS).

Penulis memilih TGT untuk diadaptasi dalam pembelajaran fisika. Sebelumnya, guru harus menyiapkan beberapa set kartu sebagai media sesuai dengan jumlah siswa dalam kelas. Satu set kartu terdiri atas 25 kartu berisi pertanyaan dan 25 kartu berisi jawaban.

Setelah itu, TGT dilakukan sesuai langkah-langkah berikut. Fase pertama, guru membuka pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa. Fase kedua, guru menyajikan materi kepada siswa. Fase ketiga, guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok, terdiri atas empat atau lima siswa.

Fase keempat, guru menyiapkan meja-meja turnamen. Tiap meja diisi wakil-wakil kelompok yang memiliki kemampuan setara. Guru membagikan satu set kartu ke tiap meja dan menyampaikan aturan main. Tiap siswa mengambil kartu secara bergiliran dan menjawab pertanyaan. Fase kelima, kelompok yang mendapat skor terbanyak diberi penghargaan. Fase keenam, evaluasi. Guru menutup pelajaran.

Penulis sudah mencoba model pembelajaran TGT pada beberapa konsep fisika dan hasilnya menggembirakan. Jika yang kita harapkan keaktifan siswa, suasana belajar yang menyenangkan, dan meningkatnya nilai hasil belajar, TGT bisa menjadi pilihan. Keaktifan siswa meningkat hampir seratus persen, semua siswa terlibat, suasana kelas menjadi lebih hidup, dan jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat. Fungsi guru juga bergeser dari memberi informasi menjadi fasilitator, bergeser dari teaching ke learning.

Awalnya, guru memang harus menyediakan lebih banyak waktu untuk menyiapkan rancangan pembelajaran, membuat media. Namun, itu setimpal dengan hasilnya. Perhatian reaksi siswa ketika kartu-kartu diletakkan di atas meja. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penuh rasa ingin tahu, tangan-tangan yang teracung, dan suasana kelas yang diselingi teriakan kemenangan dari tiap meja.

Arends dan pakar pembelajaran lain berpendapat, tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran lain. Tidak cukup bagi guru hanya bergantung pada satu pendekatan atau metode pembelajaran. Guru perlu menguasai berbagai model pengajaran sehingga dapat memilih model yang baik untuk mencapai tujuan tertentu sesuai lingkungan belajar atau siswa tertentu. Guru yang kreatif akan belajar mengadaptasi berbagai model sesuai dengan situasi pembelajaran yang dihadapi. (soe)

sumber : http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1236248502&archive=&start_from=&ucat=2&do=artikel

No comments:

Post a Comment