PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN BERULANG OPERASI HITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI SELING
Oleh: Chodiroh
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika siswa kelas II SD Negeri Seling Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan media benda konkret, diskusi, tanya jawab, dan tugas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas II SD Negeri Seling yang berjumlah 18 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pengamatan dan wawancara digunakan sebagai pengukur pemahaman, keefektifan, motivasi dan minat siswa. Sedangkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan, setiap akhir siklus diberikan tes hasil belajar. Hal yang diperolah dari data ternyata ada peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dari studi awal hingga pelaksanaan tindakan 3. Data mengenai ketuntasan siswa dalam penguasaan konsep pembelajaran dapat diterangkan bahwa nilai rata-rata setelah studi awal 55,83 dengan ketuntasan 27,78%, nilai rata-rata setelah tindakan I adalah 60,94 dengan ketuntasan 50%, nilai rata-rata setelah tindakan II adalah 68,61 dengan ketuntasan 72,22% dan nilai rata-rata setelah tindakan III adalah75,83 dengan ketuntasan 94,44%. Sedangkan data tentang respon keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) jumlah keaktifan siswa selama studi awal adalah 5 siswa dengan prosentase 27,78%, 2) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan I adalah 10 siswa dengan prosentase 55,56%, 3) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan II adalah 15 siswa dengan prosentase 83,33%, dan 4) keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan III adalah 17 siswa dengan prosentase 94,44%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa mengenai konsep penjumlahan berulang operasi hitung perkalian pada pembelajaran matematika.
Kata kunci: Media benda konkret, keaktifan, prestasi belajar matematika
Pendahuluan
Ilmu matematika memiliki peranan yang sangat penting dalm kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, dalil, ketetapan, maupun konsep digunakan dalam membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, dan penaksiran. Peradaban manusia berubah dengan pesat karena ditunjang oleh adanya peran serta matematika yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun pelajaran yang satu ini masih menjadi momok bagi sebagian besar siswa. hal ini menuntut adanya tekad guru untuk memperbaiki hasil belajar siswa melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Konsep dasar matematika harus dikuasai anak sejak dini, sehingga anak terampil dan dapat menerapkandalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan matematika dalam GBPP Matematika Sekolah Dasar Tahun 1994 adalah menumbuhkembangkan kemampuan diri siswa dan membentuk pribadi siswa sehingga mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, matematika yang diajarkan tidak terpisah dari ciri khas matematika itu sendiri, di antaranyayaitu memiliki objek kejadian yang abstrak, berpola pikir deduktif dan konsisten.
Mata pelajaran matematika secara umum kurang diminati oleh sebagian besar siswa. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendekatan guru dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga siswa merasa bahwa matematika merupakan suatu pelajaran yang membosankan, sulit bahkan menakutkan. Banyak guru yang mengeluh, bahwa pada umumnya hasil evaluasi mata pelajaran matematika selalu jauh dari harapan. Kondisi tersebut juga terjadi di SD Negeri Seling UPTD Dikpora Karangsambung, khususnya di kelas II (dua) semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 dalam mata pelajaran matematika diperoleh hasil yang kurang memuaskan, di antaranya materi operasi hitung perkalian.
Dari hasil evaluasi tentang operasi hitung bilangan bulat secara umum banyak siswa yang memperoleh nilai kurang dari atau di bawah KKM yang ditentukan oleh SD Negeri Seling yaitu 64. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan secara klasikal dengan nilai antara 64 sampai 100 hanya dicapai oleh 5 anak dari 18 anak, itu berarti yang dapat mencapai tingkat ketuntasan belajar minimal hanya 27,78%, sehingga 72,22% belum dapat mencapai tingkat ketuntasan belajar.
Rendahnya nilai ulangan harian tersebut, berkait erat dengan kondisi saat terjadinya proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi akibat dari banyak guru yang mengajarkan matematika tanpa menggunakan maedia alat bantu pembelajaran, sehingga banyak siswa merasa kesulitan untuk memahami apa yang sedang dipelajari.
Konsep siswa menurut Asep Herry Hermawan (2008: 2.8) adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Dalam UU nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Menurut P.H. coombs (dalam Din Wahyudin et al, 2006: 3.22) peserta didik adalah komponen yang menjadi subjek dan obyek pendidikan.
Winataputra (1999) menyatakan bahwa dalam rangka mengembangkan paradigma baru pendidikan matematika perlu beberapa tindakan, antara lain: (1) rekonseptualisasi jati diri pendidikan matematika atas dasar kajian teoritik dan empirik, (2) perumusan asumsi pragmatik tentang masyarakat madani Indonesia, warga negara Indonesia, pendidikan untuk warga negara, dan tantangan masa depan Indonesia, (3) perumusan kompetensi kewarganegaraan Indonesia atas dasar asumsi pragmatik, (4) pengembangan paradigma baru pendidikan matematikadalam masyarakat bangsa dan negara Indonesia, (5) pendidentifikasian sarana pendukung yang diperlukan untuk mewujudkan paradigma baru pendidikan matematika.
Belajar menurut Noehi Nasution et al (1995: 2) adalah proses yang memungkinkan timbulnya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama dengan syarat perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh sesuatu hal. Belajar menurut Bell Gredler (dalam Udin S. Putra, 2007: 1.5) adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, dan attitudes. Angkowo (2007: 47) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman.
Heinich (1993) menyatakan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Sedangkan Briggs (dalam Sumantri dan Johar Permana, 1999: 176) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar. Sejalan dengan Gagne (dalam Sumantri dan Johar Permana, 1999: 176) yang menyatakan bahwa media pengajaran merupakan alat-alat fisik di mana pesan instruksional dikomunikasikan.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kegiatan penelitian yang menggunakan kelas sebagai setting. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Seling UPTD Dikpora Kecamatan Karangsambung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2010. Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection).
Data penelitian berasal dari siswa dan guru selama proses belajar mengajar. Data terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh berdasarkan respon siswa terhadap tindakan yang dilaksanakan. Metode pengambilan data dengan tes dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada siklus I, siswa dikenai tindakan berupa model pembelajaran aktif dengan cooperative learning yang berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 22,22%, kenaikan rata-rata kelas sebesar 5,11% dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 27,78%. Pada siklus II, kelas dikondisikan dengan pengaturan tempat duduk berbentuk tapal kuda. Perubahan tersebut berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar 22,22%, kenaikan nilai rata-rata kelas sebesar 7,67%, serta kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 27,77%. Siklus III dilaksanakan dengan memperkecil jumlah anggota masing-masing kelompok. Dibentuk kelompok-kelompok baru yang anggotanya diambilkan dari kelompok-kelompok yang sudah terbentuk. Hasilnya, ketuntasan belajar tetap 22,22%, kenaikan keaktifan belajar sebesar 16,67%, dan kenaikan nilai rata-rata sebesar 7,22%.
Faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan hasil adalah alokasi waktu tes yang cukup banyak; dengan disediakannya lembar soal dan lembar jawab, siswa fokus pada jawaban dan siswa tidak banyak membuang waktu dengan mencatat soal di papan tulis.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan temuan dan hasil dari data studi awal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, pelaksanaan perbaikan siklus II, serta pelaksanaan perbaikan siklus III dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) penggunaan media benda konkret terbukti dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika meteri operasi hitung perkalian, (2) penggunaan media benda konkret terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung perkalian, (3) penggunaan media benda konkret terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar matematika materi operasi hitung perkalian, (4) penggunaan media benda konkret terbukti dapat meningkatkan efektivitas belajar matematika materi operasi hitung perkalian.
Dalam penerapan media benda konkret, akan muncul komponen yang tidak terkontrol dan mungkin akan berpengaruh terhadap validitas hasil. Beberapa komponen yang mungkin berpengaruh antara lain: (1) keberhasilan yang diperoleh bukan hanya diperoleh dari media benda konkret, akan tetapi mungkin karena adanya proses pembelajaran yang berulang-ulang dari siklus ke siklus, (2) dalam menilai siswa dari segi tertentu dilakukan hanya berdasarkan sampel, (3) instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan instrumen yang tingkat validitasnya rendah atau belum memuaskan, dapat ditindaklanjuti dengan penelitian berikutnya yang lebih standar, (4) penggunaan media pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penerapan pembelajaran yang menggunakan media benda konkret agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan keadaan dan kondisi yang sama, maka beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain: (1) pendidik disarankan untuk mencoba menerapkan cara belajar yang serupa untuk meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran, (2) penerapan pembelajaran penggunaan media benda konkret disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, maka media seperti ini dapat diterapkan pada mata pelajaran dan pada kompetensi yang lain, (3) kondisi pembelajaran dengan cara belajar siswa aktif dan menyenangkan akan dapat meningkatkan kesungguhan belajar yang tinggi, maka seyogyanya menggunakan media yang tepat.
Daftar Pustaka
A. Tabrani Rustam. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif; Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bintang Budaya.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Landasan Program dan Pengembangan. Jakarta: Dirjen Direktorat Pendidikan Dasar.
________. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen PDM Direktorat Pendidikan Dasar.
________. 1994. Matematika 2. Jakarta: Depdikbud.
Djoko Moeseno. 2004. Matematika 2; Untuk Sekolah Dasar Kelas 2. Jakarta: Depdiknas.
H. Udin S. Winataputra et al. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Dirjen Dikti.
Kasihani Kasbolah. 1998. Penelitian-penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Dirjen Dikti.
Nur Akhsin et al. 2004. Matematika 2 Kelas 2 SD. Jakarta: Cempaka Putih.
Rooijskers. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Grasindo.
Sunarto et al. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Dikti.
Wardani IGAK, Wihardit, N. Nasoetion. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
No comments:
Post a Comment