Monday, April 11, 2011

Gara-Gara Telepisi

Suatu siang ketika sedang rapat terbatas di ruang pak Husain (kepsek), kala itu kami sedang membahas tentang pembuatan video profil sekolah yang diminta oleh Dinas Pendidikan.
Pak Las : "Nanti tolong dibuat juga video profil sekolah dengan durasi panjang, satu atau dua jam."
orang-orang berbisik-bisik menanggapi ide dari pak Las
Pak Husain : "Nek kepanjangen nanti tidak selesai-selesai seperti sinetron Putri yang Ditukar."
lanjuuut
Pak Husain : "Nah kalo bu Afi mungkin ga tau sinetron Putri yang Ditukar."
Afi : nyengir (dalam hati) " lha, si Bapak masi inget aja nek diriku ga punya tipi."

Suatu sore ketika mudik di rumah bapak ibu di Tinggarjaya., kala itu saya, Bangkit (adik terkecil saya), dan ibu menonton salah satu acara (lupa nama acaranya) di tipi. Kebetulan saat itu sedang ditampilkan sebuah wajah yang diubah sedemikian rupa sehingga menyerupai kakek-kakek.
Afi : "Siapa si itu? Aneh banget wajahnya (kebetulan saat itu si artis sedang berwajah tua yg dibuat-buat). Artis siapa si?"
Bangkit : "Udin."
Afi : "Udin siapa? Ooo jebolan IMB ya? (sok tau)
Bangkit :"Udin sedunia."
Afi :"Hah. Siapa si?"
Bangkit :"Wis lah, orang ga punya tipi ya ga ngerti!"
Ibu :"Bener banget!"

Dua kejadian tersebut belum seberapa, saya terlampau sering tidak jadi diajak ngobrol begitu orang yg ngajak ngobrol teringat bahwa saya tak bertipi.
"Fi, ngerti ra........ (terdiam sejenak). Oh ya, kamu kan ga punya tipi. Ga jadi deh."
gludaaag. padahal nek dilanjut mungkin saya tetep bisa mengerti.

Apakah berpengaruh terhadap pendirian saya untuk tidak bertipi? Alhamdulillah tidak. Kalo cuma satu dua hal kaya sinetron ataupun gosip, masih kurang kuat untuk membujuk saya bertipi.

Namun, keteguhan saya sedikit goyah ketika ....
1. Nek ada berita rame2, seperti gempa Jepang kemarin. Ketika orang-orang sudah mulai mendoakan, saya baru tau beberapa jam setelahnya. Itu pun karena kebetulan saya membuka twitter. Ketika orang-orang sudah melihat tayangan tsunami yg dahsyat, saya baru menangi keesokan harinya. Untuk hal-hal seperti ini, kadang saya pingin bertipi.

2. Bu Luthfi. Lho kok? Ya, di rumah bu Luthfi sudah terpasang parabola. Ada berpuluh-puluh jenis stasiun telepisi. Mulai dari yg lokal asli Indonesia sampai internasional (Korea, Jepang, Timur Tengah, dll). Dari RCTI yg tiap ba'da Maghrib menjadi favorit ibu-ibu penggila sinetron, sampai MetroTV yang belum sampai siarannya di kota Purwokerto. Dan yang lebih penting, ada banyak stasiun radio keren-keren yang membagi ilmu tentang agama saya (ini yg paling sering diceritakan bu Luthfi).

Yah, walaupun sedikit menggoyang, buktinya sampai saat ini belum ada telepisi di rumah saya. Mungkin suatu saat, ketika ada rejeki untuk berlangganan, atau ketika sinetron-sinetron se-kualitas Keluarga Cemara dkk atau minimal sekeren Heroes dkk (hehehe), atau ketika Unyil se-boom-ing Ipin Upin, dan berita-berita dikemas dengan biasa-biasa saja tanpa ketularan ABG-ABG alay (maksude beritane lebay), saat itu akan ada telepisi di rumah saya. Mungkin. (mungkin lhoooo)

*streaming di rumah masih selancar jalan tol di Indonesia (yg sering macet) ;-D

No comments:

Post a Comment