Jaritmatika
Monday, January 16, 2012
Syarat Indonesia Menggelar ‘Silicon Valley’
TNI: Teknologi Kapal Selam Korsel
VIVAnews - Indonesia berencana melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno mengatakan, untuk proses transfer teknologi tiga kapal selam ini, pemerintah menganggarkan sebesar Rp1,080 miliar.
"Kapal selam itu istilah lainnya adalah silent killer. Jadi kalau kapal selam sepi itu lumrah. Kalau ramai namanya kapal kobong (terbakar). Jadi jangan tanya-tanya terus, karena kapal selam itu senjata rahasia. Kalau setiap perkembangannya ditanya terus sama dengan mengekspos kemana-mana," ujarnya di usai Rapat Pimpinan Tahun 2012 di Gedung Kemenhan, Jakarta, Senin, 16 Januari 2012.
Menurut Soeparno, proses transfer teknologi ini sudah berjalan sesuai prosedur dan sudah memasuki proses tanda tangan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsdya TNI Eris Herryanto mengatakan ada tiga manfaat yang didapat dari transfer teknologi kapal selam dengan Korea.
Untuk kapal selam yang pertama diharapkan kita mengirimkan orang guna mempelajari dan ikut dalam pembangunan kapal selam. Kapal selam yang kedua, diharapkan kita sudah bekerjasama dengan ahli-ahli dari Korea mengerjakan kelanjutan dari kapal pertama. Sedangkan yang ketiga, diharapkan pekerjaannya ada di Indonesia dan kita sebagai pekerjanya, bukan disupervisi oleh Korea.
"Sekarang permasalahannya kita harus menyiapkan sumber daya manusianya," ujarnya.
Untuk SDM, pemerintah akan menggandeng akademisi, BPPT, dan Ristek. "Jadi tidak hanya dari PT PAL, tetapi kami juga akan meminta kepada akademisi seperti universitas ITS yang menguasai perkapalan dan kapal selam, dan juga dari BPPT dan Ristek," jelasnya.
Sementara itu, dari segi peralatan, kata dia, memang akan banyak yang harus dipersiapkan khususnya di PT PAL.
"Sampai saat ini belum ada survei. Nanti kami akan ada audit teknologi seberapa besar kemampuan teknologi kami, baru di dalamnya sarana dan prasarana, kemudian baru ditentukan anggaran," ungkapnya.
Eris mengungkapkan ada hal yang ingin dicapai dari transter teknologi kapal selam dengan Korea. Paling tidak kita sudah mempunyai SDM yang dapat memelihara kapal selam kita di kemudian hari sehingga perawatan dan lainnya tidak perlu ke luar negeri.
"SDM sangat dibutuhkan, karena satu kapal selam setiap 4-5 tahun harus masuk overhaul yang harus dikerjakan secara periodik dengan membongkar semuanya," tuturnya. (umi)
• VIVAnews
Sunday, January 15, 2012
Pesawat N-219 segera masuki tahapan produksi
Bandung (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) segera memasuki tahapan produksi pesawat tipe terbarunya, N-219 pesawat terbang jarak pendek yang berkemampuan STOL (short-take off and landing/terbang dan mendarat di landasan pendek).
Tahun ini PTDI akan membuat dua prototipe (dua pesawat dalam ukuran sesungguhnya) yang masing-masing akan digunakan untuk test terbang dan tes statis di daratan, kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Dita Ardonni Jafri di Bandung, kemarin.
Dijelaskan, rancangan dasar N-219 dimulai tahun 2006 dan sampai dengan 2008 telah menyelesaikan berbagai tes dasar, termasuk tes terowongan angin. PTDI melaksanakan berbagai tes tersebut bekerjasama dengan Badan Pengembangan Pengkajian Teknologi (BPPT).
Pesawat ini memiliki kapasitas 19 penumpang dan dilengkapi dengan dua mesin serta dirancang bisa melayani kebutuhan penerbangan perintis untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil.
N-219 masih harus menjalani beberapa jenis uji lainnya, di antaranya uji statik pesawat, uji mesin produksi, dan akhirnya uji terbang. Tahun 2014 ditargetkan sudah mendapatkan sertifikasi kelayakan terbang dari Kementerian Perhubungan dan tahun 2015 direncanalan memasuki pasar untuk menggantikan pesawat sekelas yang sudah memasuki usia tua.
Beberapa pemerintah kabupaten telah menyatakan minat untuk dapat mengoperasikan pesawat N-219. Pesawat tersebut memang cocok digunakan untuk menghubungkan penerbangan antar Kabupaten dan daerah-daerah yang terpencil di Tanah Air.
Selain itu, PT Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA) juga menyatakan minat untuk mengoperasikannya serta berencana membeli sebanyak 20 pesawat seperti yang pernah disampaikan oleh Menteri BUMN usai rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di gedung DPR pada bulan Juli 2011.
Survei pasar yang telah dilakukan PTDI menunjukkan, saat ini di Indonesia dibutuhkan pesawat sekelas N-219 berkisar 202, terdiri dari kebutuhan sipil 97 buah serta kebutuhan militer dan misi khusus 105 buah.
Di samping dinilai cocok dengan situasi dan kondisi landasan bandara yang tidak mulus, pesawat ini juga mampu lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek (600 meter) dengan stabilitas tinggi, cocok dengan banyak bandara terpencil di Indonesia yang tidak memiliki lahan luas.
Selain itu, pesawat tersebut dirancang agar dapat melakukan manuver dengan baik dan nyaman. Struktur pesawat juga didesain agar dapat membawa bahan bakar yang lebih banyak dibandingkan dengan pesawat lain sekelasnya mengingat tidak semua bandara di daerah terpencil punya fasilitas pengisian bahan bakar.
Pesawat ini dirancang memiliki jarak jelajah hingga 650 Nm (1.200 km) dengan kecepatan maksimum 213 Kts (395 km/jam), sementara harga pesawat lebih murah dibandingkan pesawat lain yang sekelas serta biaya operasionalnya pun relatif rendah.
PTDI sebelumnya telah sukses memproduksi pesawat yang termasuk banyak digunakan di dunia, yakni CN-235 bekerjasama dengan perusahaan CASA, Spanyol. Bahkan sebelumnya juga pernah berhasil menciptakan pesawat lebih besar, N-250 pada pertengahan 1990-an.
Untuk CN-235, sejumlah negara tercatat sebagai pemakai terbesar yakni Turki (60 pesawat), Korea (20 pesawat), AU Perancis (19 pesawat) dan Malaysia (delapan pesawat).
Negara-negara pengguna CN-235 lainnya, ialah Arab Saudi, Azerbaijan, Bophuthatswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Cile, Kolombia, Ekuador, Irlandia, Jordania, Meksiko, Marokko, Pakistan, Papua Nugini, Afrika Selatan, Senegal, Uni Emirat Arab, Venezuela dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2011, PTDI telah mengirimkan tiga pesawat N-235 jenis pengintai maritim kepada Badan Penjaga Pantai Korea Selatan (KCG), yang satu lainnya akan dikirimkan pada Maret 2012. (T.E004/H-NG/A014)
• ANTARA News
Sabet Golden Globe, 'Tintin' Roketkan Animator Indonesia
Jakarta - Siapa bilang animator Indonesia tak mampu berbicara di industri film dunia? Stereotype ini sukses didobrak ketika melihat 'The Adventures Of Tintin' yang merebut Golden Globe Awards 2012 di kategori film animasi terbaik. Putra-putri Indonesia berada di balik kesuksesan film garapan Steven Spielberg itu. Salut!
Salah satu animator yang turut ambil bagian dalam menghidupkan karakter TinTin dan anjing lucunya, Snowy, tersebut adalah Rini Sugianto. Dalam perbincangan dengan detikcom beberapa waktu lalu, Rini menyebut ada beberapa orang Indonesia lagi yang juga terlibat.
Rini merupakan karyawati Weta Digital, perusahaan yang bergerak di bidang animasi film. Ada sekitar 800 orang yang bekerja di perusahaan ini dimana 3 orang di antaranya adalah orang Indonesia.
"Dua orang Indonesia lainnya yang terlibat di Tintin adalah Sindharmawan Bachtiar dan Eddy Purnomo. Kita beda departemen sih. Lalu ada satu lagi Amanda Pamela, tapi saya nggak tahu dia ikutan di TinTin atau tidak," ucap Rini, kala itu.
Menurut dia, Sindharmawan dan Eddy Purnomo sudah lebih dulu bekerja di Weta. Sedangkan Rini sendiri baru bergabung di perusahaan tersebut pada 2011 ini.
Alumnus master dari Academy of Arts di San Francisco, California, ini senang bisa berpartisipasi 'melahirkan' film Tintin. Bagi Rini, Tintin adalah pengerjaan karakter animasi pertamanya.
"Senang banget. Sebulan setelah itu, kita nonton bareng-bareng di teater dan saya melihat nama Rini di big screen. Waktu itu hampir kelewatan, tapi lalu ditunjukkan oleh seorang teman," kenang perempuan yang hobi fotografi, travelling dan climbing ini.
Ya, Steven Spielberg boleh saja dieluk-elukan telah sukses mengembalikan kejayaan karakter Tintin dengan berhasil meraih penghargaan di ajang Golden Globe Awards 2012. Namun patut diingat, Indonesia juga pantas berbangga dengan peran para animator handalnya di film tersebut.
Sebelum merebut film animasi terbaik, 'The Adventures Of Tintin' sendiri mengalahkan 'Arthur Christmas', 'Cars 2', 'Puss In Boots' dan 'Rango'.
'The Adventures Of Tintin' dirilis pada Desember lalu. Hingga saat ini, film itu sudah meraup pendapatan hingga USD 346 juta.( ash / sha )
• detik
Dahlan Iskan Mau Gabung Tiga BUMN Produsen Mesin
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan berencana menggabungkan tiga BUMN produsen mesin dan alat berat (engineering). Ketiga perusahaan negara itu adalah PT Industri Kereta Api (Inka), PT Barata Indonesia, dan PT Boma Bisma Indra (BBI).
“Tiga BUMN ini belum bisa digabung sekarang, masih ada satu tahap lagi yang harus dilalui,” ujar dia menjelaskan saat wawancara di sebuah hotel di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu 14 Januari 2012.
Rencana merger ini diambil setelah Dahlan bertemu dengan sedikitnya 12 pimpinan BUMN di kantor PT Inka, Jumat malam, 13 Januari 2012.
PT Inka sudah berada pada tahap siap take off dan sudah melewati masa krisisnya. Namun PT Barata Indonesia masih taraf konsolidasi. “Bahkan Boma Bisma Indra masih taraf kristalisasi,” ujar dia menekankan.
Langkah awal sebelum menggabung ketiganya, Dahlan akan memproses akuisisi pada dua BUMN yang belum siap. “PT Boma Bisma Indra akan diakuisisi (diambil alih) PT Barata Indonesia,” katanya.
Setelah akuisisi keduanya dan siap digabung, baru dilakukan merger dengan PT Inka. “Setelah Barata dan Boma Bisma Indra digabung, akan dipikirkan untuk jadi satu dengan Inka. Bentuknya belum tahu,” ucap bekas wartawan Tempo dan CEO Jawa Pos ini.
Merger itu menurutnya akan semakin mempermudah dan meningkatkan kerja produksi ketiganya. “Kalau bersatu akan mudah bisa membuat apa saja,” ujarnya.
PT Inka, PT Barata Indonesia, dan PT Boma Bisma Indra sama-sama bergerak di bidang produksi alat berat, permesinan, dan instalasi, terutama untuk keperluan industri beberapa bidang seperti transportasi, pengolahan energi, pabrik gula, dan sebagainya.
Saat ini Dahlan menginginkan PT Inka tetap fokus ke industri kereta api. Sedangkan PT Barata Indonesia fokus dalam memproduksi permesinan dan alat berat untuk pabrik-pabrik gula, instalasi minigas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG), dan konstruksi baja.
Sementara PT Boma Bisma Indra diarahkan jadi BUMN spesialis pembangun instalasi pabrik kelapa sawit. “Jadi nanti Barata spesialis ke pabrik gula dan engineering energi. Sedangkan PT Boma Bisma Indra fokus dulu ke pabrik kelapa sawit,” ujarnya. (ISHOMUDDIN)
• TEMPO.CO
Dahlan Iskan: Mobil Dalam Negeri Belum Bisa Jadi Industri
TEMPO.CO, Madiun - Menteri BUMN Dahlan Iskan menilai produksi mobil dalam negeri yang dibuat BUMN seperti PT Industri Kereta Api (Inka) belum bisa disebut sebagai industri mobil nasional.
“Industri mobil itu maksudnya ya membuat, menjual, purnajual, sampai mencarikan solusi keuangannya. Kalau Inka masih sebatas memproduksi, itu pun tergantung pada order,” ujarnya saat diwawancarai di sebuah hotel di Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu, 14 Januari 2012.
Namun, menurutnya, pada saat tertentu, PT Inka bisa menciptakan industri mobil selain tetap fokus ke industri kereta api. “Biarkan Inka fokus memajukan industri kereta api yang pasar di Asia cukup besar selain dalam negeri,” ujar menteri kelahiran Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ini.
Dahlan menilai PT Inka sudah bisa memproduksi mobil dengan merek Gulirkan Energi Alternatif (GEA). “Inka bisa memanfaatkan production line di kereta api untuk memproduksi mobil meski tidak sempurna,” katanya. Apalagi sampai sekarang mobil GEA buatan Inka diproduksi sesuai dengan pesanan.
Ketika dikembangkan jadi industri mobil, menurutnya Inka tak perlu menggandeng BUMN lain yang memiliki kompetensi bidang engineering. “Nggak perlu. Cukup Inka yang membuat,” ujarnya. Apalagi produksi mobil GEA Inka sudah memiliki pasar meski masih kecil. “Jadi silakan siapa saja yang mau memesan,” katanya.
Dahlan sempat melihat pabrik pembuatan kereta Inka dan produksi mobil GEA. Menurutnya, Inka yang sempat dilanda krisis sudah mampu melewati masa sulit itu. “Inka sudah siap take off, tinggal bagaimana cara take off-nya,” ucapnya.
Sementara itu potensi keterampilan siswa SMK yang membuat mobil merek Esemka, menurut Dahlan, hanya sebatas proses pembelajaran, bukan proses produksi. Bahkan, baginya, pembelajaran itu bisa ditularkan ke generasi siswa selanjutnya. “Sebaiknya mobil Esemka itu dipereteli lagi untuk dirakit adik kelasnya, begitu seterusnya,” ujarnya.
Namun tak menutup kemungkinan potensi siswa itu bisa diakomodasi BUMN ataupun swasta untuk dijadikan teknisi dalam produksi otomotif. “Ini kita tangkap sebagai peluang ketika mereka nanti lulus dan pintar,” tutur mantan wartawan ini.
Direktur Utama PT Inka, Roos Diatmoko, mengatakan Inka sudah lama menjual GEA ke sejumlah pihak. “Mulai dari perusahaan swasta sampai instansi pemerintah,” katanya. Baru-baru ini Inka bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Universitas Hasanudin Makassar dalam memodifikasi GEA menjadi mobil angkutan barang.(ISHOMUDDIN)
• TEMPO.CO
GEA Buatan INKA Calon Kuat Mobnas Masa Depan
Menteri Perindustrian MS Hidayat menuturkan, saat ini pihaknya masih akan menyusun kriteria apa yang akan menjadi mobil nasional. Namun jika berpatokan pada prinsip modal 100% Indonesia dan mayoritas komponen dibuat di Indonesia, maka mobil GEA besutan INKA sangat bisa diterima.
"Makanya kalau kriterianya, mobnas harus dibuat di Indonesia dan ownership-nya Indonesia, ya GEA. Tapi itu skala kecil, mungkin harus dilakukan bertahap daripada launching terus gagal. Saya mau realistis karena saya pengusaha, saya bisa aja bicara bombastis sebagai orang pemerintah, saya tahu itu tak mungkin," katanya
Ia menuturkan saat ini mesin GEA masih impor tapi 90% komponen telah dibuat di Indonesia dan INKA sangat memungkinkan memproduksinya secara massal. "Maksud saya, ini bisa dijadikan mobnas nggak karena dari BUMN. Jadi mobnas nggak perlu satu produk. Kan bisa diversifikasi, tergantung strategi bisnisnya," ujar Hidayat.
Hidayat menambahkan, GEA sangat potensial menjadi mobnas walaupun untuk tahap pertama produk mereka menyasar pasar angkutan murah di pedesaan. Kemudian, pada tahap kedua bisa diversifikasi produk untuk lebih komersial.
"Mungkin Esemkn bisa join dengan INKA (GEA). Lalu INKA-nya disuntik pemerintah, kalau dia mau. Dia bikin lokomotif saja bisa, masak bikin mobil saja tidak bisa. Itu logika saja," katanya.
Menurutnya, saat ini yang penting adalah persiapan yang matang dari INKA. Jangan sampai kedua kalinya mobnas diluncurkan dengan gagah, tapi setahun kemudian ditutup.
"Ya kayak Timor ya, yang dulu kita kagum-kagum artinya kita belum siap. Saya lebih baik dibilang konservatif. Tetapi sekali kita jalan kita nggak gagal, saya percaya itu step by step," katanya.
"Buat saya sih bagi yang sudah setengah siap kenapa nggak terus digelundungin. Sekarang sudah ada kemampuan dan kinerja engineering-nya hebat, bisa bikin lokomotif, kasih tugas saja dari pemerintah sampai nanti jadi. Tapi jangan ditentukan pagi-pagi biar mereka study. Jadi waktu itu nggak usah mengikat kita, secepatnya oke," katanya.
Di tempat yang berbeda, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan menilai, PT Industri Kereta Api (INKA) mampu memproduksi mobil nasional secara massal. Namun PT INKA tidak akan berubah aliran menjadi industri produsen mobil.
"INKA memiliki kemampuan untuk membuat mobil nasional. Namun untuk berubah menjadi produsen mobil seperti Toyota dan yang lain-lain, INKA belum memiliki kemampuan untuk itu," ujarnya.
Dahlan mengatakan, hal itu dikarenakan untuk saat ini PT INKA hanya mampu memproduksi sementara untuk memasarkan, mencari cara untuk pembayaran bagi yang berminat, layanan suku cadang dan purna jual belum dimiliki olah PT INKA.(hen/wep)
• detik